Puisi: Kolam (Karya Mustafa Ismail)

Puisi "Kolam" mencerminkan kehilangan, perubahan kota yang mempengaruhi inspirasi, dan kehilangan penyair terhadap lingkungan alam yang dulu ...
Kolam
(: Hasbi Burman)


Penyair, mengapa kolammu tak lagi
kau gali, seperti petani di desamu: tiap pagi
menggotong cangkul mengolah ladang

Aku melihat kata-kata berlompatan bagai biji hujan,
menyeberang kumis tebal, menjadi becak di jalanan:
tertatih-tatih dan tertindih

Kota itu telah menjadi pasar maha luas, penyair
tempat beragam uang dilemparkan: orang-orang datang
membikin rumah dan mencipta kenangan

Tak perlu puisi, apalagi rambut kita yang makin uban,
mereka meminum anggur dan menjadi penyair itu sendiri
bersajak tentang kangen dan tanah lapang

Lihatlah jalanan tempat kita terperosok malam-malam:
kegelapan makin mencekam. Atau di deretan meja plastik Rex:
kopi tak lagi manis untuk diseduh

Kau tahu penyair, kota itu telah menjadi harimau
kita makin terasing: terusir ke Seulimum, ke pelosok kampung,
terpaksa membikin rumah di hutan Seulawah

Aku tak lagi membaca isyarat daun dari bibirmu, bulan yang
tenggelam di payau-payau, angin yang menampilkan tarian daun
di Gue Gajah, dan untaian yang bergulir di atap Peunayong

Duh penyair, kolammu tak lagi dalam
meniupkan hawa sejuk pegunungan
angin mati.


Depok, Juli 2006

Analisis Puisi:
Puisi "Kolam" karya Mustafa Ismail merupakan ungkapan mengenai perubahan lingkungan dan kota yang menyebabkan kehilangan keindahan alam dan keheningan.

Kehilangan Hubungan dengan Alam: Puisi ini menyoroti kehilangan penyair terhadap kolam yang dulunya menjadi sumber inspirasi. Perubahan kota yang semakin urbanisasi telah merusak hubungan alami ini.

Kota yang Membosankan: Puisi menunjukkan bahwa kota telah menjadi tempat di mana keindahan dan kebebasan kreatif terhambat. Penggambaran kota sebagai pasar besar, di mana uang dan materi menjadi fokus utama, mengurangi nilai keindahan alam dan inspirasi penyair.

Kehilangan Kreativitas: Ada nuansa kekecewaan atas kehilangan inspirasi yang dulu ada. Tidak lagi ada rasa ketenangan atau keindahan yang pernah memberikan inspirasi. Ini juga menyoroti perubahan yang terjadi pada penyair itu sendiri, seperti proses penuaan dan kehilangan gairah.

Perubahan Pemandangan Kota: Penyair menggambarkan perubahan drastis dalam kota dan sekitarnya. Tempat-tempat yang dulunya menjadi sumber inspirasi kini telah berubah dan tidak lagi memancarkan daya tarik yang sama.

Kehilangan Koneksi Emosional: Puisi ini juga menggambarkan kehilangan hubungan penyair dengan lingkungan sekitarnya. Kolam yang dulunya memancarkan inspirasi kini tidak lagi memberikan rasa hening dan damai.

Puisi "Kolam" mencerminkan kehilangan, perubahan kota yang mempengaruhi inspirasi, dan kehilangan penyair terhadap lingkungan alam yang dulu mempesonanya. Ini adalah refleksi tentang kekecewaan akan kehilangan sesuatu yang telah memberikan inspirasi, ketenangan, dan keindahan. Suasana puisi mencerminkan nostalgia atas keindahan yang hilang dan perubahan dramatis dalam lingkungan sekitar.

Puisi
Puisi: Kolam
Karya: Mustafa Ismail
© Sepenuhnya. All rights reserved.