Puisi: Kopi Pagi (Karya Fikar W. Eda)

Puisi "Kopi Pagi" merupakan penggambaran kuat tentang kehidupan sehari-hari yang melibatkan kopi sebagai simbol dari rutinitas, harapan, dan ...
Kopi Pagi (1)


Matahari pucat dalam segelas kopi
Dicampur setengah sendok bintang temaram
Sisa tadi malam
Diaduk dengan tangkai bulan sabit
Diseduh dalam panas airmatamu
Kuseruput lagi pagi ini
Tetes demi tetes perih petani
Di cafe pencakar langit


Kopi Pagi (2)


Di Gayo
Kopi adalah nafas kehidupan
Dituang dalam cangkir harapan

Kopi juga nafas cinta
Diminum penuh gelora
Dari bibir cakrawala

Ayo seduh kopi
Kita teguk dunia!
Dunia!
Dunia!

2013


Catatan:
Puisi ini dibacakan dalam pentas Didong Massal 2000 seniman, tiga belas Ceh, dua penyair dan seorang anak Gayo berusia 4,8 tahun bernama Batang Gelingang Raya SY, seorang pesuling (Zikri Win Gayo), dua penari Guel (Dian dan Uswanul) serta tujuh pemusik tradisional. Mencatat Rekor MURI pementasan Didong terbanyak, sekaligus memecah Rekor MURI minum kopi terbanyak di Lapangan Sengeda Bener Meriah pada tanggal, 13 Januari 2013.

Analisis Puisi:
Puisi "Kopi Pagi" karya Fikar W. Eda merupakan penggambaran kuat tentang kehidupan sehari-hari yang melibatkan kopi sebagai simbol dari rutinitas, harapan, dan kehidupan itu sendiri.

Simbolisme Kopi sebagai Hidup: Penyair menggunakan kopi sebagai metafora untuk kehidupan. Dalam kehidupan sehari-hari, kopi menjadi bagian penting yang memberi semangat dan energi untuk memulai hari. Ini mencerminkan bagaimana kehidupan tanpa kopi seperti pagi yang tanpa matahari, kurang segar dan kurang bersemangat.

Eksplorasi Rasa dan Pengalaman: Puisi ini menciptakan imaji yang kuat dengan menggambarkan cita rasa kopi, campuran dari bintang temaram, sisa tadi malam, bulan sabit, dan airmata. Menggunakan kata-kata yang kuat dan metaforis, penyair menggambarkan pengalaman mendalam saat menikmati kopi.

Kopi sebagai Pengikat: Puisi ini mengaitkan kopi dengan wilayah Gayo, yang dikenal dengan kopi berkualitasnya. Penggambaran kopi dari wilayah ini memberikan dimensi lebih dari sekadar minuman sehari-hari, melainkan sebuah kehidupan dan harapan bagi masyarakatnya.

Panggilan untuk Menghayati Kehidupan: Penyair menggunakan kopi sebagai panggilan untuk lebih menikmati, merasakan, dan memahami kehidupan. Dengan panggilan "Ayo seduh kopi, Kita teguk dunia! Dunia! Dunia!", penyair mengajak untuk menikmati setiap momen kehidupan dengan penuh semangat dan harapan.

Puisi "Kopi Pagi" karya Fikar W. Eda adalah puisi yang tidak hanya memetakan pengalaman sehari-hari, tetapi juga mengaitkan kopi dengan kehidupan, harapan, dan kenikmatan akan keberadaan. Melalui imaji yang kuat dan metafora yang mendalam, penyair mengajak pembaca untuk lebih menikmati dan merasakan kehidupan dalam segelas kopi pagi.

Fikar W. Eda
Puisi: Kopi Pagi
Karya: Fikar W. Eda

Biodata Fikar W. Eda:
  • Fikar W. Eda lahir pada tanggal 8 Mei 1966 di Takengon, Indonesia.
© Sepenuhnya. All rights reserved.