Puisi: Lailatur Qadar (Karya Hasbi Burman)

Puisi "Lailatur Qadar" karya Hasbi Burman merangkum makna keistimewaan malam Lailatul Qadar dalam bulan suci Ramadan. Dengan gambaran suasana dan ....
Lailatur Qadar


Tak ada seperti dulu lagi
Wangi meugang dan gurih rendang
Asap lemang

Ramadan dengan renda iman
Adalah Lailatul Qadar pembenaran
Mengalahkan kekuasaan dan ketamakan
Anak negeri tak sepuas dulu dengan meriam bambu
Bakar ikan di meunasah
Pulang sahur di meunasah

Tak ada lagi basa-basi tentang bulan suci
Hanya Lailatul Qadar yang kita nanti
Di terminal suci.


Analisis Puisi:
Puisi "Lailatur Qadar" karya Hasbi Burman adalah sebuah karya sastra yang merangkum makna dan pengalaman dalam menyambut malam Lailatul Qadar, malam yang dianggap istimewa dalam bulan Ramadan. Melalui gambaran suasana dan makna dalam puisi ini, penyair mengungkapkan kedalaman spiritual dan keistimewaan malam Lailatul Qadar.

Gambaran Malam Lailatul Qadar: Puisi ini menggambarkan suasana yang berbeda saat menyambut malam Lailatul Qadar. Penyair menciptakan gambaran aroma dan cita rasa tradisional seperti "wangi meugang dan gurih rendang" serta "asap lemang." Hal ini menciptakan gambaran nuansa lezat dan berkesan yang ada dalam perayaan bulan suci Ramadan.

Ramadan Sebagai Renda Iman: Penyair menyebutkan bahwa Ramadan adalah "renda iman," yang menggambarkan bahwa bulan suci ini merupakan waktu untuk mengokohkan iman dan beribadah dengan lebih intens. Penyair mencerminkan makna mendalam dari ibadah puasa di bulan Ramadan, di mana iman dan ketaqwaan diperbarui dan diperkuat.

Signifikansi Lailatul Qadar: Puisi ini menegaskan signifikansi malam Lailatul Qadar. Malam tersebut dianggap sebagai malam kemuliaan yang mengalahkan kekuasaan dan ketamakan. Penyair menunjukkan bahwa pada malam ini, orang-orang tidak lagi terfokus pada hal-hal duniawi seperti meriam bambu atau bakar ikan di meunasah, tetapi mengalihkan perhatian mereka kepada makna spiritual dan ibadah.

Penghargaan terhadap Tradisi dan Nilai-Nilai Keagamaan: Puisi ini mencerminkan penghargaan terhadap tradisi dan nilai-nilai keagamaan dalam menyambut bulan suci Ramadan. Penyair menggambarkan bagaimana tradisi seperti "pulang sahur di meunasah" menjadi nilai yang dijunjung tinggi dalam menunaikan ibadah.

Ketulusan dan Kekhusyukan: Puisi ini juga menggambarkan ketulusan dan kekhusyukan dalam menyambut malam Lailatul Qadar. Penyair menyatakan bahwa tak ada lagi "basa-basi tentang bulan suci," hanya Lailatul Qadar yang dinanti. Hal ini mencerminkan fokus utama pada nilai-nilai spiritual dan keberkahan yang dihadirkan oleh malam tersebut.

Puisi "Lailatur Qadar" karya Hasbi Burman merangkum makna keistimewaan malam Lailatul Qadar dalam bulan suci Ramadan. Dengan gambaran suasana dan makna dalam puisi ini, penyair mengajak pembaca untuk merenungkan kedalaman spiritual dan nilai-nilai ibadah yang dihadirkan oleh malam yang istimewa ini. Puisi ini mencerminkan penghormatan terhadap tradisi, makna, dan nilai-nilai keagamaan dalam budaya dan kehidupan masyarakat.

Hasbi Burman
Puisi: Lailatur Qadar
Karya: Hasbi Burman

Biodata Hasbi Burman:
  • Hasbi Burman (Presiden Rex) lahir pada tanggal 9 Agustus 1955 di Lhok Buya, Aceh Barat.
© Sepenuhnya. All rights reserved.