Puisi: Mantra Gayo (Wiratmadinata)

Puisi "Mantra Gayo" mengajak pembaca untuk merenung tentang keterhubungan manusia dengan alam dan budaya. Wiratmadinata dengan indahnya ...
Mantra Gayo
(Asal Muasal)


Kami mata air dari hulu
Sungai yang memelihara hilir,
muasal anyir di denyut nadimu,
adalah akar yang dilupakan ranting.

Kami daun yang memayungi laut,
pohonan yang menahan kemarau,
angin gunung yang meniup ombak,
adalah tanah yang dilupakan tubuh.

Kami mantra asal-muasal,
moyang dari lautan,
penghulu segala muara,
Tak kan bisa kau khianati.

Kembalilah muara kepada hulu,
pulanglah samudera ke mata air,
kembalikan ranting kepada akar,
kembalikan Tanah kepada Empunya.

Tak tubuh tanpa ruh
Tak samudera tanpa mata air.
Tak muara tanpa hilir
Tak bangsa tanpa moyang datu
Tak Kerajaan tanpa Penghulu.


Januari, 2014

Analisis Puisi:
"Puisi Mantra Gayo" karya Wiratmadinata menggambarkan hubungan harmonis antara manusia, alam, dan budaya, dengan menekankan pentingnya memelihara akar budaya yang merupakan sumber kehidupan.

Simbolisme Alam dan Hubungan Manusia dengan Alam: Puisi ini menggambarkan alam sebagai sumber kehidupan yang tak terpisahkan dari manusia. Mata air, sungai, pohon, angin gunung, laut, dan samudera menjadi simbol keberlanjutan hidup. Mereka menggambarkan keseimbangan ekosistem dan keharmonisan antara manusia dan alam.

Personifikasi Alam dan Budaya: Dalam puisi ini, alam diberikan karakter dan peran seperti manusia. Mata air dan daun dianggap memiliki peran untuk memelihara dan menahan. Hal ini menciptakan kesan bahwa alam bukan hanya sebagai objek, melainkan subjek yang memiliki peran aktif dalam menjaga keberlangsungan hidup.


Ruang Budaya sebagai Akar Identitas: Penggunaan kata-kata seperti "muara," "moyang," dan "Penghulu" menciptakan ruang budaya yang menjadi akar identitas. Puisi ini menegaskan bahwa keberlangsungan hidup manusia terkait erat dengan mempertahankan dan menghargai akar budaya. Hilangnya akar tersebut diibaratkan sebagai hilangnya identitas dan keberlanjutan.

Mantra sebagai Jembatan dengan Keberadaan Energi Gaib: Penggunaan kata "Mantra" membawa dimensi spiritual dalam puisi ini. Mantra dianggap sebagai jembatan yang menghubungkan manusia dengan keberadaan energi gaib, menegaskan bahwa kehidupan tidak hanya bersifat materi, tetapi juga memiliki dimensi rohaniah yang perlu dihormati.

Tema Pengembalian dan Pertukaran: Puisi ini menekankan pentingnya pertukaran dan pengembalian. Ranting kepada akar, samudera ke mata air, dan Tanah kepada Empunya menggambarkan konsep keseimbangan dan keharmonisan dalam pertukaran yang alami dan penting untuk menjaga kelangsungan hidup.

Puisi "Mantra Gayo" adalah karya yang mengajak pembaca untuk merenung tentang keterhubungan manusia dengan alam dan budaya. Wiratmadinata dengan indahnya menyampaikan pesan bahwa keberlanjutan hidup manusia bergantung pada pemeliharaan nilai-nilai budaya dan keseimbangan dengan alam.

Puisi
Puisi: Mantra Gayo
Karya: Wiratmadinata
© Sepenuhnya. All rights reserved.