Puisi: Mengeja Pertemuan (Karya D. Kemalawati)

D. Kemalawati dalam puisinya "Mengeja Pertemuan" berhasil menciptakan sebuah karya yang sarat dengan makna dan emosi. Puisi ini membawa pembaca ....
Mengeja Pertemuan

Pertemuan pertama
retina matamu tak menyimpan apa-apa
selain sebentuk bulan
di batas langit sebelum senja
selapis kabut tipis turun ke laut
aku mendengar bisik pasir setelah
gelombangmu menjauh

Pertemuan kedua
kemboja kuning diantara merah apel
dua bungkus teh di atas meja
air panas sisa menyeduh kopi
langit petang dan sisa gerimis di menara
senyummu tak berbaris
awan hitam mengambang
pelupuk mata menjadi kolam
aku mulai menjaga riaknya
beberapa teratai terbilang
menutup permukaan

Pertemuan ketiga
tak kutemukan jinak mantra
kaki malam merayap tanpa dupa
asap mengepul di kamar tidur
perih mata mengeja tanda
kutemukan jarak langit dan kaki pelangi
separuh ilalang terbakar di dada pagi

(: Setelah tak jadi mimpi; pertemuan tak lagi dinanti)

Banda Aceh, 3 Januari 2011

Analisis Puisi:
Puisi "Mengeja Pertemuan" karya D. Kemalawati adalah sebuah karya yang penuh dengan makna dan imaji yang mendalam. Melalui tiga pertemuan yang diungkapkan dalam puisi ini, penyair menciptakan gambaran hubungan antara dua individu, dengan nuansa-nuansa keindahan, kerumitan, dan kehilangan.

Pertemuan Pertama

Pertemuan pertama diawali dengan sebuah deskripsi yang sangat indah, namun seolah-olah kosong dalam retina mata. Retina matamu tak menyimpan apa-apa selain sebentuk bulan di batas langit sebelum senja. Metafora bulan mungkin menggambarkan sesuatu yang terang benderang namun sulit dijangkau atau dipahami. Kabut tipis yang turun ke laut menciptakan suasana misterius dan romantisme. Bisik pasir setelah gelombang menjauh menciptakan gambaran suara alam yang menenangkan.

Pertemuan Kedua

Pertemuan kedua membawa nuansa warna, aroma, dan suasana yang kental. Kemboja kuning di antara merah apel mungkin mencerminkan keunikan dan ketidaksesuaian, sementara dua bungkus teh di atas meja menyoroti momen intim dan hangat. Senyum tanpa baris, awan hitam yang mengambang, dan pelupuk mata yang menjadi kolam, semuanya merujuk pada kerumitan emosi dan perasaan yang tidak terungkapkan secara langsung. Teratai yang menutup permukaan bisa diartikan sebagai usaha untuk menyembunyikan atau melindungi diri dari kenyataan yang mungkin sulit diterima.

Pertemuan Ketiga

Pertemuan ketiga menghadirkan elemen kegelapan dan kesedihan. Jinak mantra yang tidak ditemukan menciptakan ketidakpastian dan kekosongan. Kaki malam yang merayap tanpa dupa dan asap yang mengepul di kamar tidur menciptakan gambaran kehampaan dan kehilangan. Jarak langit dan kaki pelangi yang dijelaskan menciptakan perasaan kesendirian dan perpisahan yang mendalam. Ilalang yang terbakar di dada pagi menjadi gambaran kehancuran atau kepergian yang tak terelakkan.

D. Kemalawati dalam puisinya "Mengeja Pertemuan" berhasil menciptakan sebuah karya yang sarat dengan makna dan emosi. Puisi ini membawa pembaca melalui perjalanan pertemuan yang penuh warna, keindahan, kerumitan, dan akhirnya kehilangan. Penggunaan imaji yang kaya dan metafora yang kuat memberikan kedalaman pada setiap bagian puisi. Seiring dengan progres pertemuan, penyair menggambarkan perjalanan emosional dan keadaan hubungan yang semakin rumit dan akhirnya berakhir dengan kesedihan dan perpisahan.

D. Kemalawati
Puisi: Mengeja Pertemuan
Karya: D. Kemalawati

Biodata D. Kemalawati:
  • Deknong Kemalawati lahir pada tanggal 2 April 1965 di Meulaboh, Aceh.
© Sepenuhnya. All rights reserved.