Puisi: Nuh (Karya Sutardji Calzoum Bachri)

Puisi "Nuh" karya Sutardji Calzoum Bachri menggambarkan betapa kehancuran dan penderitaan dapat merajalela dalam kehidupan manusia. Namun demikian, ..
Nuh

di tengah luka paya paya
lintah hitam memakan bulan
taklagi matari
jam mengucurkan
detak nanah

tak ada yang luput
bahkan mimpi tak
tanah tanah tanah
beri aku puncak
untuk mulai lagi berpijak!
1977

Sumber: Horison (Januari, 1978)

Analisis Puisi:
Puisi "Nuh" karya Sutardji Calzoum Bachri adalah sebuah karya sastra yang penuh dengan gambaran-gambaran metaforis dan mengandung makna filosofis tentang kehidupan, ketahanan, dan harapan. Dengan bahasa yang kaya akan imaji dan simbol, Bachri menghadirkan sebuah perenungan mendalam tentang eksistensi manusia.

Metafora Banjir Nuh: Puisi ini secara tersirat menggambarkan suasana dalam kisah banjir besar yang terjadi dalam cerita Nabi Nuh. Metafora "di tengah luka paya-paya" dapat diasosiasikan dengan keadaan banjir yang melanda, di mana luka dan kehancuran merajalela. Lintah hitam yang memakan bulan menggambarkan kemerosotan kekuatan alam yang luar biasa.

Simbol Detak Jam: Detak jam yang mengucurkan detak nanah merupakan gambaran dari waktu yang terus berlalu namun meninggalkan bekas-bekas luka dan penderitaan. Simbol ini menegaskan bahwa meskipun waktu terus berjalan, dampak dari kejadian-kejadian traumatis dan penderitaan tetap berada di dalam jiwa manusia.

Kesaksian Ketidakluputan: Puisi ini menekankan bahwa tak ada yang luput dari dampak kehancuran dan penderitaan, bahkan dalam mimpi sekalipun. Ketidakluputan tersebut menunjukkan bahwa kesaksian akan kehancuran dan penderitaan tersebut menjadi bagian tak terpisahkan dari perjalanan manusia.

Permohonan Puncak untuk Memulai Kembali: Di baris terakhir, penutup puisi mengekspresikan sebuah permohonan. Permohonan untuk diberi puncak yang baru, simbolis untuk kesempatan baru, keselamatan, dan titik awal yang baru. Ini menunjukkan bahwa di tengah kehancuran dan penderitaan, ada harapan untuk memulai kembali, untuk bangkit, dan untuk menemukan kembali pijakan yang kokoh.

Puisi "Nuh" karya Sutardji Calzoum Bachri adalah sebuah perenungan mendalam tentang kehancuran, ketahanan, dan harapan. Dengan menggunakan metafora dan simbolisme yang kuat, Bachri menggambarkan betapa kehancuran dan penderitaan dapat merajalela dalam kehidupan manusia. Namun demikian, puisi ini juga menyiratkan harapan akan keselamatan dan kesempatan baru untuk memulai kembali. Puisi ini mengajak pembaca untuk merenungkan tentang ketahanan manusia dalam menghadapi cobaan dan kemampuan untuk menemukan harapan di tengah kegelapan.

Sutardji Calzoum Bachri
Puisi: Nuh
Karya: Sutardji Calzoum Bachri

Biodata Sutardji Calzoum Bachri:
  • Sutardji Calzoum Bachri lahir di Rengat, Indragiri Hulu, Riau, pada tanggal 24 Juni 1941.
  • Sutardji Calzoum Bachri merupakan salah satu pelopor penyair angkatan 1970-an.
© Sepenuhnya. All rights reserved.