Ode Jalanan
Besok kami akan menyegel rumah ibu, katamu dari balik
malam, menolak harga-harga naik dan rambut yang
tercerabut
dari kepala: kita telah menjadi asing dan ketakutan
Di sejumlah sudut, mungkin di sebuah desa di Batang
atau sejumlah dusun di Aceh, orang-orang menadah
matahari
menghitung butir-butir air dari tubuh masing-masing
dan kedinginan di malam
Kami telah siap, sambungmu, menjemput ibu yang tak
pernah lagi pulang, bahkan untuk sekedar bersalaman,
apalagi
melepas kangen. Ia telah menjadi orang-orang lain
bersama jalanan, gedung-gedung tinggi, dan beragam pesta
Kami hanya bisa mengenang sejumlah senyum
dan suara selembut embun, menjadi sejarah yang begitu
laknat
menguntit setiap tidur, setiap kami terlelap
entah di rumah atau dalam bus kota yang padat
Kami siap bergerak untuk membuktikan masa lalu
bukan sekedar kenangan. Cuma ingin mengajukan satu-dua
pertanyaan: apakah ibu masih ingat kami berjumpalitan
di jalanan, mencintainya tanpa ragu, tanpa meminta apa-apa
Kalau tidak, izinkan kami membenci dan mengirimkan
sepotong malam, agar ibu tahu betapa menyiksanya
kegelapan.
Jakarta, 12 Januari 2003
Karya: Mustafa Ismail