Puisi: Sajak Kehilangan (Karya Mustafa Ismail)

Puisi: Sajak Kehilangan Karya: Mustafa Ismail
Sajak Kehilangan


Apa yang lebih pantas kuminta darimu kini: air mata,
atau sebuah jerit paling keras
sepanjang abad borok di kakimu tak tersembuhkan
dari jauh aku hanya bisa melihat sorot mata ketakutan

"Jangan pulang sekarang anakku," demikian bunyi surat itu
tak ada lagi bau bunga padi di sana: semuanya menjelma kegetiran
tak ada tempat buatku, meski hanya melongok pagar halaman
di setiap jengkal tanah telah ditabur duri dan belati
"Tahanlah rindumu, anakku, rawatlah cintamu"

Aku tak melihat matahari akan segera terbit kembali di sana
sebab cinta telah terbunuh, kasih sudah tercabik
kita hanya bisa menunggu waktu untuk sebuah kematian abadi
meski sebenarnya hidup masih sangat panjang

"Jangan pulang sekarang anakku, jangan."
mungkin memang aku harus melupakan semuanya:
masa kecil, tepi pantai, kekasih, serta kangen yang mengental
Matahari tak mungkin terbit lagi di sana
malam telah sempurna.

"Ayah, tolong bawa ibu dan seluruh saudaraku ke sini."

Jakarta, 23 April 2000
Puisi Mustafa Ismail
Puisi: Sajak Kehilangan
Karya: Mustafa Ismail
© Sepenuhnya. All rights reserved.