Puisi: Salam Damai (Karya Fikar W. Eda)

Puisi "Salam Damai" menggambarkan kerinduan akan kedamaian, keharmonisan, dan pemulihan dalam masyarakat yang sering kali dilanda konflik dan ...
Salam Damai

Salam pada langit yang kita junjung
menampung segala suara
puja puji, caci maki dan doa-doa

Salam pada bumi yang kita jejak
permadani perak tanah manusia

Sambutlah salam kami
salam sepuluh jari di atas kepala

Mari rebahkan tubuh di halaman bunga
rentangkan sayap pada cahaya
hati bersih tanpa cela
tempat muasal khianat dan dendam bara

Geraikan rambut di hulu sungai
sebarkan wahai wangi harumnya
kembalikan rencong pada sarung
anak panah pada busur
keris pada keramatnya

Sebab telah begitu lama kita dalam duka cita
oleh amuk serakah kaum pendurhaka
takluk dihadapan pembidik
dalam kokang senjata tak berjiwa

Telah begitu lama kita tergusur
terkubur di bukit-bukit tua
kematian saling berhimpit
jerit yatim memenuhi cakrawala
pintu-pintu berlumpur tanpa suara
maka sudah waktunya semua kembali

Sambutlah salam kami
salam damai dengan Bismillah
damai langit menjadi payung
damai bumi menjadi jejak
permadani perak nusantara.

Jakarta, 12 Mei 2000

Sumber: Rencong (2005)

Analisis Puisi:

Puisi "Salam Damai" karya Fikar W. Eda adalah sebuah karya yang sarat dengan pesan-pesan perdamaian, kesatuan, dan harapan akan kebaikan.

Salam pada Langit dan Bumi: Puisi ini dimulai dengan menyampaikan salam pada langit dan bumi, yang melambangkan universalitas pesan perdamaian. Langit dan bumi adalah simbol alam semesta yang menampung segala suara, puji-pujian, cacian, dan doa-doa manusia.

Permintaan untuk Menerima Salam: Penyair mengajak untuk menerima salam dengan kedua tangan yang terbuka, yang menunjukkan kesediaan untuk menerima perdamaian dan persatuan.

Imaji Keharuman dan Kebahagiaan: Penyair mengajak untuk merasakan keharuman dan kebahagiaan yang menyertai perdamaian. Dengan merambutkan sungai dan menyebarkan wangi harum, puisi ini menggambarkan keindahan dan kedamaian yang tercipta ketika perdamaian merajai bumi.

Pemulihan Identitas dan Budaya: Puisi ini menyuarakan pemulihan identitas dan budaya yang mungkin terkikis oleh kekerasan dan perpecahan. Kembalikan rencong pada sarung, anak panah pada busur, dan keris pada keramatnya adalah simbol-simbol pemulihan nilai-nilai tradisional dan kearifan lokal.

Pemanggilan untuk Kembali ke Kedamaian: Puisi ini menyerukan untuk kembali ke kedamaian setelah periode yang panjang dalam duka cita dan pertumpahan darah. Ini merupakan panggilan untuk berdamai dengan masa lalu dan menciptakan masa depan yang lebih baik.

Penggunaan Bahasa yang Kuat: Fikar W. Eda menggunakan bahasa yang kuat dan gamblang dalam puisi ini untuk menyampaikan pesan-pesan yang mendalam tentang perdamaian, kesatuan, dan pemulihan.

Puisi "Salam Damai" menggambarkan kerinduan akan kedamaian, keharmonisan, dan pemulihan dalam masyarakat yang sering kali dilanda konflik dan pertentangan. Puisi ini adalah sebuah panggilan untuk bersatu dan menciptakan dunia yang penuh dengan salam, kedamaian, dan toleransi.


Fikar W. Eda
Puisi: Salam Damai
Karya: Fikar W. Eda

Biodata Fikar W. Eda:
  • Fikar W. Eda lahir pada tanggal 8 Mei 1966 di Takengon, Indonesia.
© Sepenuhnya. All rights reserved.