Puisi: Sejarah dari Ruang Kusut (Karya Mustafa Ismail)

Puisi: Sejarah dari Ruang Kusut Karya: Mustafa Ismail
Sejarah dari Ruang Kusut
(Kepada Raihan, seorang srikandi yang belum kukenal)


Kau memandang lurus, menyimak dengan tekun
sandiwara itu: seorang lelaki dengan palu di tangan merobohkan
waktu, juga kenangan, seperti melepas hasrat yang purba
nafas memburu, ia daki bukit-bukit itu, yang terjal dan berduri
sekedar membuktikan ia telah menjadi pencinta dan
kau pun disebut pendurhaka.

Apakah yang kau bayangkan ketika waktu benar-benar rontok
dan palu itu dengan gagah bercerita: hari ini, ibunda,
telah kutumbangkan beberapa pohon untuk menopang rumah kita
yang rapuh. Katakanlah apalagi yang mesti kulakukan demi cintaku
padamu. Apakah aku harus menyediakan pula air mata
untuk minum kita. Katakan ibunda, katakan, sebelum
mereka benar-benar
menghujankan batu-batu ke rumah kita.

Mungkin kau hanya tersenyum, getir campur iba, betapa
ketololan demi ketololan tersimpan bertahun-tahun, dirawat
dan dipuja-puja: perempuan itu tidak pernah mengenal kita
dan tidak akan memberi cinta, kecuali kata-kata dan selembar tisue
untuk menghapus air mata. Dan lelaki itu telah menganggapnya
semua itu adalah cinta: ruang kusut yang menjelma gedung-gedung
tinggi, siap menelannya.


Jakarta, 28 Januari 2003

Puisi: Sejarah dari Ruang Kusut
Puisi: Sejarah dari Ruang Kusut
Karya: Mustafa Ismail
© Sepenuhnya. All rights reserved.