Puisi: Surat dari Kota Kelahiran (Karya Hasyim KS)

Puisi "Surat dari Kota Kelahiran" karya Hasyim KS merenungkan tentang perasaan rindu dan pengembaraan hidup.
Surat dari Kota Kelahiran


Kurasa rindu jualah merambah perjalanan ini
Ke batas yang berbukit-bukit menuju kaki langit
Pada tanda baca terakhir kita jadi tertegun
Antara kita jarak adalah ketidakpastian
(selamat jumpa lagi anak kembara, selamat jumpa lagi)

Pengembaraan jualah yang berkayuhkan mimpi
angin menikam kelam dari batas langit
lukisan tanpa warna tanpa nuansa
(ada yang luruh dari matamu anak kembara, ada yang luruh dari matamu)

Waktu barangkali membuat kita tambah berjarak
yang beranjak dari mimpi ke mimpi
sebelum semuanya berbenah
di ujungnya harapan dan angan kehilangan batas.


Tapak Tuan, Awal 1991

Analisis Puisi:
Puisi "Surat dari Kota Kelahiran" karya Hasyim KS adalah sebuah karya sastra yang merenungkan tentang perasaan rindu dan pengembaraan hidup. Puisi ini menciptakan gambaran tentang hubungan yang kompleks antara penyair dan kota kelahirannya.

Perasaan Rindu: Puisi ini berpusat pada perasaan rindu yang mendalam yang dirasakan oleh penyair terhadap kota kelahirannya. Rindu ini terasa seperti merambah perjalanan hidupnya dan mencapai batas-batas yang tinggi dan jauh.

Batasan dan Jarak: Puisi ini menggambarkan batasan fisik dan emosional antara penyair dan kota kelahirannya. Kata-kata seperti "jarak adalah ketidakpastian" dan "lukisan tanpa warna tanpa nuansa" menunjukkan perasaan keterpisahan dan ketidakjelasan.

Mimpi dan Harapan: Puisi ini menciptakan gambaran tentang pengembaraan hidup sebagai sebuah perjalanan menuju mimpi dan harapan. Angin yang menikam kelam dari batas langit menggambarkan tantangan dan kesulitan dalam mencapai tujuan hidup.

Perubahan Waktu: Puisi ini merenungkan tentang bagaimana waktu dapat mengubah hubungan seseorang dengan kota kelahirannya. Penyair menggambarkan perasaan bahwa waktu membuat mereka "tambah berjarak" dan bahwa semuanya akan "berbenah di ujungnya harapan dan angan kehilangan batas."

Penggunaan Bahasa yang Simbolis: Puisi ini menggunakan bahasa yang simbolis untuk menggambarkan perasaan dan pengalaman penyair. Kata-kata seperti "batas yang berbukit-bukit menuju kaki langit" dan "angin menikam kelam dari batas langit" memberikan puisi ini dimensi simbolis yang dalam.

Puisi "Surat dari Kota Kelahiran" adalah penggambaran yang kuat tentang perasaan rindu, ketidakpastian, dan perjalanan hidup. Ini adalah refleksi tentang bagaimana hubungan seseorang dengan kota kelahiran dapat berubah seiring berjalannya waktu dan bagaimana mimpi dan harapan dapat menjadi pemandu dalam pengembaraan hidup.

Puisi: Surat dari Kota Kelahiran
Puisi: Surat dari Kota Kelahiran
Karya: Hasyim KS
© Sepenuhnya. All rights reserved.