Puisi: Tsunami dan Nyanyian Sunyi (Karya din saja)

Puisi "Tsunami dan Nyanyian Sunyi" karya Din Saja menyampaikan pesan filosofis tentang arti bencana alam dan bagaimana manusia seharusnya ....
Tsunami dan Nyanyian Sunyi


Sudahlah, tsunami ini bukan bencana,
hanya peringatan, bagi kita semua,
yang tak peduli dengan nasib orang-orang miskin

Bersyukurlah, tsunami ini berkenan dating,
untuk mengingatkan kita tentang kekuasaan
bukan tujuan, bukan alat
untuk menindas orang-orang tak berdaya

Tsunami datang
orang-orang dating
tsunami pergi
orang-orang pergi
tinggallah sepi berteman sunyi
yang pergi pergilah
yang tinggal mampuslah.


Banda Aceh, 8 Januari 2005

Analisis Puisi:
Puisi "Tsunami dan Nyanyian Sunyi" karya Din Saja adalah sebuah karya yang penuh dengan makna dan refleksi terhadap bencana alam, khususnya tsunami.

Judul Puisi: Judul "Tsunami dan Nyanyian Sunyi" memberikan gambaran tentang dua elemen kunci dalam puisi ini. Tsunami merepresentasikan kekuatan alam yang dahsyat, sementara "Nyanyian Sunyi" menciptakan imaji tentang kesunyian yang terjadi setelah bencana.

Tsunami sebagai Peringatan: Penulis menyatakan bahwa tsunami bukanlah bencana, melainkan sebuah peringatan. Ini menciptakan sudut pandang yang menarik, di mana bencana alam dianggap sebagai cara alam memberikan pesan kepada manusia untuk mengubah perilaku mereka.

Nasib Orang-Orang Miskin: Ada kritik terhadap kurangnya perhatian terhadap nasib orang-orang miskin. Tsunami dijadikan metafora untuk menyoroti ketidakpedulian terhadap kelompok yang lebih rentan dalam masyarakat.

Kekuasaan dan Tanggung Jawab: Puisi ini merujuk pada kekuasaan dan tanggung jawab manusia terhadap alam. Tsunami dianggap sebagai "peringatan" yang mengingatkan manusia akan kekuatan alam yang seharusnya dihormati dan dijaga.

Tsunami Datang, Orang-Orang Datang: Puisi ini menciptakan kontras antara datangnya tsunami dan datangnya orang-orang. Ada penekanan pada bagaimana manusia dapat bersatu dalam menghadapi bencana dan menunjukkan bahwa kekuatan solidaritas dapat muncul dalam saat-saat sulit.

Pergi dan Tinggal: Puisi menyampaikan pesan melalui perbandingan antara yang pergi dan yang tinggal. "Yang pergi" bisa merujuk pada kepergian fisik atau kematian, sementara "yang tinggal" dihadapkan dengan keheningan dan kesepian.

Nyanyian Sunyi: Ungkapan "nyanyian sunyi" memberikan kesan tentang suasana sepi dan hening setelah bencana. Hal ini dapat diartikan sebagai suasana pasca-bencana yang melibatkan kesedihan dan kehilangan.

Gaya Bahasa: Puisi ini menggunakan gaya bahasa yang sederhana namun kuat, dengan penggunaan kata-kata yang singkat namun bermakna mendalam. Gaya bahasa ini memperkuat pesan kesederhanaan dan kekuatan dalam menghadapi bencana.

Secara keseluruhan, puisi "Tsunami dan Nyanyian Sunyi" menyampaikan pesan filosofis tentang arti bencana alam dan bagaimana manusia seharusnya meresponsnya. Din Saja menggunakan kata-kata dengan cermat untuk merangsang pemikiran dan emosi pembaca terhadap tema yang diangkatnya.

Puisi
Puisi: Tsunami dan Nyanyian Sunyi
Karya: din saja
© Sepenuhnya. All rights reserved.