Puisi: Cemas (Karya Sulaiman Juned)

Puisi "Cemas" karya Sulaiman Juned menggambarkan perasaan kecemasan dan kegelisahan yang dirasakan di tengah-tengah situasi penuh dengan ...
Cemas

Cemas
juga ini jiwa menyaksikan
keserakahan merajai pikiran. Berdiwana
di hati penguasa negeri.

Cemas
juga ini kalbu menonton
permainan aktor maha dahsyat di ruang sidang
rakyat. Sutradara tak mampu mengendalikan
pertunjukan sebab segala ingin tersangkut kantong
jas sapari. Susah menghidupi-hidup di negeri para koruptor

(Kita dipaksa jadi rumput oleh pengembala sapi)

Jakarta, 2008

Analisis Puisi:

Puisi "Cemas" karya Sulaiman Juned menggambarkan perasaan kecemasan dan kegelisahan yang melanda jiwa dan kalbu penyair. Puisi ini menyoroti fenomena keserakahan dan korupsi yang merajalela di dalam pemerintahan dan sistem hukum sebuah negara.

Kecemasan Jiwa dan Kalbu: Penyair menyampaikan perasaan kecemasan yang melingkupi jiwa dan kalbu melalui penggunaan kata "cemas" sebagai motif utama dalam puisi. Ini mencerminkan ketidakpastian dan kegelisahan yang dirasakan di tengah-tengah situasi yang tidak menentu dan penuh dengan keserakahan.

Kritik terhadap Keserakahan Penguasa: Puisi ini mengkritik sikap keserakahan yang merajalela di kalangan penguasa negeri. Keserakahan ini disebut sebagai faktor dominan yang menguasai pikiran para penguasa, yang kemudian berdampak pada kehidupan masyarakat secara keseluruhan.

Kritik terhadap Korupsi dan Kehidupan di Negeri Koruptor: Penyair menyoroti permainan aktor maha dahsyat dalam ruang sidang rakyat yang seakan-akan tidak terkendali. Hal ini menggambarkan keadaan di mana korupsi merajalela di dalam sistem hukum dan pemerintahan, sehingga sulit bagi pihak berwenang untuk mengendalikan atau menindak pelaku korupsi.

Penekanan pada Kesulitan Hidup di Negeri Koruptor: Puisi ini juga menyoroti kesulitan hidup yang dialami oleh masyarakat di negeri yang dikuasai oleh para koruptor. Dengan menyatakan bahwa "susah menghidupi-hidup di negeri para koruptor," penyair mencerminkan dampak negatif dari praktik korupsi terhadap kehidupan sehari-hari rakyat jelata.

Metafora tentang Rumput dan Pengembala Sapi: Puisi ini diakhiri dengan metafora yang kuat tentang kita yang dipaksa menjadi rumput oleh pengembala sapi. Ini dapat diartikan sebagai perasaan terjebak dan tidak memiliki kebebasan dalam menghadapi kondisi yang dipengaruhi oleh para penguasa yang korup.

Puisi "Cemas" karya Sulaiman Juned adalah karya yang menggambarkan perasaan kecemasan dan kegelisahan yang dirasakan di tengah-tengah situasi penuh dengan keserakahan dan korupsi. Dengan kritik sosial yang tajam dan penggunaan bahasa yang kuat, puisi ini menyoroti kondisi sosial-politik yang memprihatinkan dan menantang pembaca untuk melakukan refleksi atas realitas yang dihadapi.

Puisi
Puisi: Cemas
Karya: Sulaiman Juned
© Sepenuhnya. All rights reserved.