Analisis Puisi:
Puisi "Elegi Lut Tawar" karya Ansar Salihin merupakan sebuah ungkapan kesedihan dan keprihatinan atas kondisi sungai Lut Tawar yang dulunya indah namun kini tercemar dan terabaikan. Dalam puisi ini, Salihin menggunakan bahasa yang kuat dan gambaran yang kuat untuk menyampaikan pesan lingkungan yang mendalam.
Penyampaian Kesedihan dan Keprihatinan: Puisi ini menggambarkan kesedihan dan keprihatinan penulis terhadap sungai Lut Tawar yang dulunya menjadi sumber kehidupan namun kini tercemar dan terlupakan.
Gambaran Sungai Lut Tawar: Salihin menggambarkan keindahan sungai Lut Tawar dengan kata-kata seperti "air biru dalam cekungan" untuk kemudian menyoroti kemundurannya yang sekarang telah tercemar dan terkontaminasi oleh limbah dan sampah.
Kritik terhadap Pencemaran Lingkungan: Puisi ini mencerminkan kritik terhadap pencemaran lingkungan yang diakibatkan oleh ulah manusia. Salihin mengekspresikan keprihatinannya terhadap penurunan kualitas air, punahnya kehidupan akuatik, dan kerusakan lingkungan yang disebabkan oleh aktivitas manusia.
Tanggung Jawab: Salihin juga menyoroti kurangnya tanggung jawab dalam menjaga kelestarian lingkungan. Ia menanyakan di mana tanggung jawab pemerintah dan masyarakat yang seharusnya melindungi dan merawat sungai tersebut.
Kehilangan Nilai dan Identitas: Dengan membandingkan sungai Lut Tawar dengan "kopi hitam yang hilang pahitnya," Salihin menyampaikan bahwa sungai tersebut telah kehilangan nilai dan identitasnya yang dulu berharga.
Melalui puisi ini, Ansar Salihin menyampaikan pesan yang kuat tentang pentingnya menjaga lingkungan dan menghindari pencemaran yang dapat mengancam keberlangsungan kehidupan. Puisi ini menjadi sebuah elegi yang memperingatkan akan dampak destruktif dari perilaku manusia terhadap alam.
Karya: Ansar Salihin