Puisi: Catatan 1989-1998 (Karya Sulaiman Juned)

Puisi "Catatan 1989-1998" menggambarkan tragedi, penderitaan, dan ketidakadilan yang dialami oleh masyarakat dalam rentang waktu tertentu.
Gumam:
Catatan 1989-1998


Aku menyaksikan sejarah hitam bangsa ini
menulis di atas angin antar ke seluruh penjuru
mengisi ruang pemikiran tentang Aceh
tersekap dalam gudang senjata tak berpintu.

Aku mencatat matahati tak berjelaga
merelakan matahari tumpah ke muara tanpa
cinta. Bocah-bocah menggantungkan perut
perempuan-perempuan janda mengusung
sepi - sakit di hati. Anak-anak bangsa mengasah dendam
membakar dalam zikir Lailahaillallah.

Aku meneriakkan gumam masa lalu
pasukan iblis setiap waktu memakai topeng
mengubah wujud menutup kesalahan
(aku menulis kesaksian pada selembar daun).

Banda Aceh-Padang Panjang, 1999

Analisis Puisi:
Puisi "Catatan 1989-1998" karya Sulaiman Juned adalah sebuah karya yang sarat dengan nada kritik terhadap kejadian-kejadian tragis dan konflik yang melanda bangsa.

Sejarah Hitam Bangsa: Puisi ini membuka dengan pengakuan bahwa penyair menyaksikan "sejarah hitam bangsa ini." Istilah "sejarah hitam" mencerminkan kegelapan dan penderitaan yang dialami bangsa, merujuk pada periode atau kejadian yang kelam dan tragis.

Angin sebagai Pembawa Sejarah: Dengan menyebut "menulis di atas angin antar ke seluruh penjuru," penyair memberikan gambaran bahwa sejarah ini tidak hanya terbatas pada satu tempat atau waktu. Angin sebagai pembawa sejarah menciptakan citra bahwa penderitaan dan kejadian tragis tersebar di seluruh pelosok negeri.

Aceh sebagai Pusat Perhatian: Puisi menyoroti Aceh, daerah yang menjadi pusat perhatian karena konflik bersenjata. Gudang senjata tanpa pintu mencerminkan ketidakamanan dan potensi bahaya yang selalu mengancam.

Matahari yang Tumpah: Imaji matahari yang tumpah ke muara tanpa cinta dapat diartikan sebagai lambang kekejaman dan kepedihan yang terjadi. Kesejukan matahari yang tumpah tidak didasari oleh kasih sayang, menciptakan gambaran kekosongan dan kekejaman.

Penderitaan Perempuan dan Anak-Anak: Penyair menggambarkan penderitaan perempuan dan anak-anak dengan citra bocah-bocah menggantungkan perut dan perempuan janda yang membawa beban sepi. Ini menciptakan rasa simpati terhadap mereka yang menjadi korban konflik dan kekerasan.

Zikir dan Dendam: Penggunaan istilah "zikir Lailahaillallah" menghadirkan dimensi spiritual dan keagamaan dalam menanggapi kekejaman. Dendam yang mengasah, menciptakan gambaran keberanian dan keteguhan dalam menghadapi penderitaan.

Gumam Masa Lalu: Mencatat "gumam masa lalu" menunjukkan keberanian penyair dalam menghadapi ingatan dan kenangan yang mungkin pahit. Gumam ini mungkin mencerminkan perlawanan terhadap ketidakadilan dan kekejaman masa lampau.

Topeng Pasukan Iblis: Penyair mencerminkan pengkhianatan dengan menyebut "pasukan iblis" yang menggunakan topeng untuk menyembunyikan identitas dan menutupi kesalahan. Ini menciptakan kontras antara kebenaran dan kepalsuan.

Kesaksian pada Selembar Daun: Menulis kesaksian pada "selembar daun" menekankan bahwa kesaksian ini sederhana dan mungkin terpinggirkan, tetapi tetap bernilai. Ini dapat diartikan sebagai panggilan untuk menyampaikan kebenaran meskipun dalam bentuk sederhana.

Bahasa dan Gaya: Puisi ini menggunakan bahasa yang lugas tetapi penuh dengan makna mendalam. Gaya metafora dan simbolis memberikan dimensi emosional dan estetis pada karya.

Puisi "Catatan 1989-1998" adalah puisi yang menggambarkan tragedi, penderitaan, dan ketidakadilan yang dialami oleh masyarakat dalam rentang waktu tertentu. Dengan penggunaan bahasa yang kuat dan citra yang kuat, Sulaiman Juned mengajak pembaca untuk merenung tentang dampak konflik dan peristiwa tragis terhadap manusia dan masyarakat.

Puisi
Puisi Gumam: Catatan 1989-1998
Karya: Sulaiman Juned
© Sepenuhnya. All rights reserved.