Puisi: Malioboro (Karya Mustafa Ismail)

Puisi "Malioboro" karya Mustafa Ismail menawarkan pandangan akan kenangan, keheningan, dan konsep keabadian dalam konteks suatu kisah romansa yang ...
Malioboro


Di manakah kau menyimpan kenangan?
Kita bersenandung di jalan, menembus malam,
menulis huruf di telapak tangan,
di atas becak yang melaju, di antara suara fals
bibirmu: kita satu!
Di manakah kau menyimpan kesunyian?
Aku mendapati tawa kecilmu, malam belum
jauh malam itu, kita merentang tangan
masuk ke dalam matamu: kota sontak tergesa
seperti bis yang melaju
Di manakah kau menyimpan keabadian?
Langit tiba-tiba pucat dan kau menahan erang
gigimu tanggal.

Depok, 6 Juni 2006

Analisis Puisi:
Puisi "Malioboro" karya Mustafa Ismail menawarkan pandangan akan kenangan, keheningan, dan konsep keabadian dalam konteks suatu kisah romansa yang penuh warna. Dengan judul yang diambil dari nama sebuah jalan terkenal di Yogyakarta, puisi ini memancarkan aroma kebersamaan dan romantisme.

Simbolisme Kenangan dan Romansa: Puisi ini mempertanyakan di mana kenangan disimpan. Penyair menggunakan kenangan bersama untuk mengekspresikan momen-momen romantis dan kebersamaan di jalan yang ramai. Ada sentuhan keintiman dan keakraban yang diceritakan melalui gambaran becak yang melaju di Malioboro.

Hening dan Keheningan: Puisi ini juga mengeksplorasi kesunyian. Penggunaan metafora tentang keheningan menciptakan kesan bahwa ada momen-momen hening yang dirindukan dan diinginkan, mungkin dalam perbedaan suasana yang ada di Malioboro.

Konsep Keabadian: Dalam baris akhir, penyair menyoroti konsep keabadian. Dengan langit yang memucat dan "gigimu tanggal," mungkin terdapat suatu ide bahwa momen-momen yang indah itu mungkin hanya sementara, atau perpisahan akan datang pada saat tertentu.

Citra Kota yang Bergerak: Penggambaran kota dengan kata-kata yang menggambarkan pergerakan bis, kesibukan, dan kegaduhan menciptakan latar yang hidup dan dinamis. Kemudian, terdapat kekontrasan antara kehidupan yang bergerak dengan momen keheningan dan keintiman di tengah-tengahnya.

Pertanyaan dan Kekaguman: Puisi ini penuh pertanyaan, mungkin sebuah refleksi dan pertanyaan retoris tentang di mana sebenarnya esensi kehidupan, kenangan, dan keabadian disimpan. Ada rasa kekaguman terhadap momen yang telah dilewati.

Puisi "Malioboro" adalah sebuah lukisan emosional yang mengeksplorasi kenangan, keheningan, romansa, dan keabadian. Mustafa Ismail memadukan kehidupan kota dengan momen intim di jalan yang ramai, menghadirkan kontras antara dinamika kota dan keintiman yang ditemukan dalam momen-momen bersama. Puisi ini memanggil pembaca untuk merenungkan di mana sebenarnya keindahan, kebersamaan, dan keabadian disimpan dalam hidup.

Puisi
Puisi: Malioboro
Karya: Mustafa Ismail
© Sepenuhnya. All rights reserved.