Puisi: Wanita-Wanita dalam Lingkaran (Karya D. Kemalawati)

Puisi "Wanita-Wanita dalam Lingkaran" karya D. Kemalawati menggambarkan kondisi yang sulit dan penderitaan yang dialami oleh wanita dalam masyarakat.
Wanita-Wanita dalam Lingkaran

Wanita-wanita dalam lingkaran
telah dipaksa meninggalkan seluruh harga yang
melekat, seluruh asa yang membubung,
membelenggu,
hingga dadanya tak kuasa membendung
lahar membara
mereka terkapar dalam nista
terkurung tak berdaya
mereka sandera untuk sesuatu yang tak nyata.

Wanita-wanita dalam lingkaran
tak mampu lagi mengunci diri
beribu hari mereka meraung sendiri
mencakar-cakar wajahnya sendiri
hingga tak mampu lagi berdiri
menegakkan harga diri

Wanita dalam lingkaran
adakah kalian tahu siapa mereka
yang mempertaruhkan nyawanya
melahirkan siapa saja
lelaki-lelaki perkasa merebut bintang dari
kasihnya
menabur cahaya dari cintanya 
haruskan menangisi kodratnya
karena nafsu adalah senjata
menoreh luka dimana-mana

Wanita-wanita dalam lingkaran
adalah kaum tertindas di negerinya sendiri
mereka tak diberi hak bersuara
padahal mereka buta
padahal mereka tak gemar meminta
tak gemar bertanya
padahal mereka bukan siapa-siapa
lalu mengapa
mereka dipaksa
mereka dihina
disiksa
dijadikan lambang kepekatan
dan
"rahasia-rahasia"
di negeri ini
di zaman penuh cinta
beribu wanita tak berdaya
trauma nuraninya
bahwa setiap ketimpangan 
kebiadaban
perpecahan
ketidakadilan
wanita ajang pelampiasan
kepuasan
keputusasaan.

Banda Aceh, Agustus 1997

Analisis Puisi:

Puisi "Wanita-Wanita dalam Lingkaran" karya D. Kemalawati merupakan sebuah karya yang menyentuh dan menggambarkan kondisi sosial yang sulit bagi wanita dalam masyarakat. Puisi ini mengungkapkan penderitaan dan ketidakadilan yang dialami oleh wanita, serta menyoroti peran mereka yang sering kali diabaikan dan diperlakukan tidak adil.

Penyiksaan dan Ketidakberdayaan: Dalam puisi ini, Kemalawati menggambarkan wanita-wanita yang terjebak dalam lingkaran penderitaan dan ketidakberdayaan. Mereka dipaksa meninggalkan harga diri dan asa yang membubung, menjadi sandera oleh budaya patriarki yang merendahkan martabat mereka. Lahiran menjadi lambang penderitaan, dan nafsu lelaki menjadi senjata yang menyakitkan.

Tertindas dan Tanpa Suara: Puisi ini mencerminkan kondisi wanita yang tertindas dan tanpa suara dalam masyarakatnya sendiri. Mereka tidak diberi hak untuk bersuara, dihina, disiksa, dan dijadikan lambang kelemahan. Kemalawati menggambarkan bagaimana wanita seringkali menjadi sasaran pelampiasan dan keputusasaan dalam masyarakat yang tidak adil.

Kritik terhadap Budaya Patriarki: Melalui puisi ini, Kemalawati memberikan kritik terhadap budaya patriarki yang masih mengakar dalam masyarakat. Ia menyoroti ketidaksetaraan gender, perlakuan tidak adil terhadap wanita, dan ketidakmampuan masyarakat untuk melihat wanita sebagai individu yang memiliki hak-hak yang sama.

Panggilan untuk Kesetaraan: Puisi ini juga mengandung panggilan untuk kesetaraan gender dan perlakuan yang adil terhadap wanita. Kemalawati menegaskan bahwa setiap ketimpangan, kebiadaban, perpecahan, dan ketidakadilan harus diatasi, dan wanita tidak boleh lagi dijadikan sasaran pelampiasan atau keputusasaan dalam masyarakat yang penuh dengan cinta.

Dengan menggunakan bahasa yang kuat dan gambaran yang kuat, puisi "Wanita-Wanita dalam Lingkaran" karya D. Kemalawati menggambarkan kondisi yang sulit dan penderitaan yang dialami oleh wanita dalam masyarakat. Puisi ini tidak hanya menjadi kritik terhadap ketidaksetaraan gender, tetapi juga menjadi panggilan untuk perubahan menuju kesetaraan dan keadilan bagi semua individu, tanpa memandang jenis kelamin.

D. Kemalawati
Puisi: Wanita-Wanita dalam Lingkaran
Karya: D. Kemalawati

Biodata D. Kemalawati:
  • Deknong Kemalawati lahir pada tanggal 2 April 1965 di Meulaboh, Aceh.
© Sepenuhnya. All rights reserved.