Puisi: Doa untuk Indonesia (Karya Abdul Hadi WM)

Puisi "Doa untuk Indonesia" karya Abdul Hadi WM memotret kondisi sosial, politik, dan alam Indonesia, dan mengajak pembaca untuk merenungkan ...
Doa untuk Indonesia


Tidakkah sakal, negeriku? Muram dan liar
Negeri ombak
Laut yang diacuhkan musafir
karena tak tahu kapan badai keluar dari eraman
Negeri batu karang yang permai, kapal-kapal menjauhkan diri
Negeri burung-burung gagak
Yang bertelur dan bersarang di muara sungai
Unggas-unggas sebagai datang dan pergi
Tapi entah untuk apa
Nelayan-nelayan tak tahu
Aku impikan sebuah tambang logam
Langit di atasnya menyemburkan asap
Dan menciptakan awan yang jenaka
Bagai si badut dalam sandiwara
Dengan cangklong besar dan ocehan
Batuk-batuk keras
Seorang wartawan bisa berkata : Indonesia
Adalah berita-berita yang ditulis
Dalam bahasa yang kacau
Dalam huruf-huruf yang coklat muda
Dan undur dari bacaan mata
Di manakah ia kausimpan dalam dokumentasi dunia ?
Kincir-kincir angin itu
Seperti sayap-sayap merpati yang penyap
Dan menyebarkan lelap ke mana-mana
Sebagai pupuk bagi udaranya
Lihat sungai-sungainya, hutan-hutannya dan sawah-sawahnya
Ratusan gerobag melintasi jembatan yang belum selesai kau bikin
Kota-kotanya bertempat di sudut belakang peta dunia
Negeri ular sawah
Negeri ilalang-ilalang liar yang memang dibiarkan tumbuh subur
Tumpukan jerami basah
Minyak tanahnya disimpan dalam kayu-kayu api bertumpuk
Dan bisa kau jadikan itu sebagai api unggun
Untuk pesta-pesta barbar
Indonesia adalah buku yang sedang dikarang
Untuk tidak dibaca dan untuk tidak diterbitkan
Di kantor penerimaan tenaga kerja
Orang-orang sebagai deretan gerbong kereta
Yang mengepulakan asap dan debu dari kaki dan keningnya
Dan mulutnya ternganga
Tatkala bencana mendamprat perutnya
Berapa hutangmu di bank? Di kantor penenaman modal asing?
Di dekat jembatan tua
malaikat-malaikat yang celaka
Melagu panjang
Dan lagunya tidak berarti apa-apa
Dan akan pergi ke mana hewan-hewan malam yang terbang jauh
Akan menjenguk gua mana, akan berteduh di rimba raya mana?
Ratusan gagak berisik menuju kota
Menjalin keribuan di alun-alun, di tiap tikungan jalan
Puluhan orang bergembira
Di atas bayangan mayat yang berjalan
Memasuki toko dan pasar
Di mana dipamerkan barang-barang kerajinan perak
Dan emas tiruan
Indonesia adalah kantor penampungan para penganggur
yang atapnya bocor dan administrasinya kacau
Dijaga oleh anjing-anjing yang malas dan mengantuk
Indonesia adalah sebuah kamus
Yang perbendaharaan kata-katanya ruwet
Dibolak-balik, digeletakkan, diambil lagi, dibaca, dibolak-balik
Sampai mata menjadi bengkak
Kata kerja, kata seru, kata bilangan, kata benda, kata ulang,
kata sifat
Kata sambung dan kata mejemuk masuk ke dalam mimpimu
Di mana kamus itu kau pergunakan di sekolah-sekolah dunia?
Di manakah kamus itu kaujual di pasaran dunia?
Berisik lagi, berisik lagi :
Gerbong-gerbong kereta
membawa penumpang yang penuh sesak
dan orang-orang itu pada memandang ke sorga
Dengan matanya yang putus asa dan berkilat :
Tuhanku, mengapa kaubiarkan ular-ular yang lapar ini
Melata di bumi merusaki hutan-hutan
Dan kebun-kebunmu yang indah permai
Mengapa kaubiarkan mereka……….

Negeri ombak
Badai mengeram di teluk
Unggas-unggas bagai datang dan pergi
Tapi entah untuk apa
Nelayan-nelayan tak tahu.


1971

Sumber: Madura, Luang Prabhang (2006)

Analisis Puisi:
Puisi "Doa untuk Indonesia" karya Abdul Hadi WM adalah sebuah karya sastra yang berisikan doa dan pemikiran tentang kondisi Indonesia yang tercermin melalui metafora dan deskripsi.

Metafora "Indonesia sebagai Bayi": Penyair menggunakan metafora anak bayi untuk menggambarkan kondisi Indonesia. Ini dapat diinterpretasikan sebagai simbol pembaharuan atau awal yang seharusnya mendatangkan perubahan positif.

Penderitaan dan Kesulitan: Dalam puisi, ada ungkapan tentang penderitaan dan kesulitan yang dihadapi oleh Indonesia. Hal ini tercermin dalam deskripsi tentang badai, kemarau, hutan yang rusak, dan nelayan yang tidak tahu harus berbuat apa.

Pengabaian dan Perusakan Alam: Penyair menyampaikan keprihatinannya atas pengabaian terhadap lingkungan, terutama hutan dan laut yang mengalami kerusakan. Puisi ini mencoba menggarisbawahi pentingnya melindungi alam Indonesia.

Kritik Terhadap Pemerintah: Meskipun tidak menyebutkan secara eksplisit, puisi ini mencerminkan kritik terhadap pemerintah dan tindakan atau kebijakan yang mungkin merugikan rakyat dan alam Indonesia.

Penggunaan Bahasa dan Metafora: Penyair menggunakan bahasa yang kuat dan metafora yang kaya untuk menyampaikan pesannya. Misalnya, deskripsi kincir angin yang menyebarkan lelap atau perumpamaan "Indonesia adalah buku yang sedang dikarang untuk tidak dibaca dan untuk tidak diterbitkan" menyoroti kondisi pendidikan dan budaya di Indonesia.

Doa dan Pemikiran: Puisi ini berfungsi sebagai doa atau harapan penyair untuk perubahan yang lebih baik bagi Indonesia. Hal ini tercermin dalam kalimat "Tuhanku, mengapa kaubiarkan ular-ular yang lapar ini melata di bumi merusaki hutan-hutan."

Penutup yang Kuat: Penyair mengakhiri puisi dengan deskripsi tentang badai, nelayan, dan berbagai elemen lainnya yang menciptakan gambaran dramatis tentang Indonesia. Ini memberikan efek penutup yang kuat pada puisi.

Dalam "Doa untuk Indonesia," Abdul Hadi WM mencoba menyampaikan pesannya tentang situasi Indonesia dengan menggunakan imajinasi dan metafora. Puisi ini memotret kondisi sosial, politik, dan alam Indonesia, dan mengajak pembaca untuk merenungkan tantangan dan potensi negara ini.

Puisi: Doa untuk Indonesia
Puisi: Doa untuk Indonesia
Karya: Abdul Hadi WM

Biodata Abdul Hadi WM:
  • Abdul Hadi WM (Abdul Hadi Widji Muthari) lahir di kota Sumenep, Madura, pada tanggal 24 Juni 1946.
  • Abdul Hadi WM adalah salah satu tokoh Sastrawan Angkatan '66.
© Sepenuhnya. All rights reserved.