Puisi: Meditasi (Karya Abdul Hadi WM)

Puisi "Meditasi" karya Abdul Hadi WM mengajak pembaca untuk merenung tentang eksistensi, pencarian spiritual, dan makna hidup. Melalui penggunaan ...
Meditasi (1)


Kupeluk sinar bulan. Tubuhku kedinginan.
Di gerbang cahaya yang berkilauan akan segera nampak di depan kita sebuah gereja tua. Ketika lonceng berbunyi beribu burung terbang ke sana hendak mensucikan diri. Sebab selalu ditempuhnya jalan yang sama, selalu dinyanyikannya lagu yang sama dan sesat di sarang yang sama.
Lalu kita dengar paduan suaranya. Seperti deru angin di pantai. "Demi Jesus, pahala sorga dan kenikmatan, akan kami hapuskan dosa kami seluruhnya," begitu nyanyian mereka. "Tuhan, pujaan Ayub dan Yusuf, gembala Musa dan Muhammad – bentangkanlah pada kami jalan yang benar dari aroma bintang dan buah-buahan."
O, burung-burung, sudahkah kau baca Farid Attar?
Yerussalem dan Mekkah tidak seluas hati dan jiwa ini.
Pohon-pohon rindang lebat tumbuh juga dalam hatimu.
Nyanyikanlah itu sepanjang pagi sepanjang sore.


Meditasi (2)


Di sini semenjak lama aku aku adalah seorang rahib yang mengheningkan cipta dalam sebatang kayu. Kebenaran kudapat dari embun dan mawar. Abadi. Seperti ciuman perempuan dan bintang-bintang. Tapi perempuan tua ini selalu merayuku dan minta aku menyusu pula hingga kering dan mandul teteknya. Itulah dunia.


Meditasi (3)


Akupun sudah letih naik turun candi, ke luar masuk gereja dan mesjid.
Tuhan makin sempit rasa kebangsaannya,
"Musa! Musa! Akulah tuhan orang Israel!" teriaknya
Di mesjid, di rumah sucinya yang lain ia berkata pula:
"Akulah hadiah seluruh dunia, tapi sinarku memancar di Arab."
Aku termenung. Apa kekurangan orang Jawa?
Kunyanyikan Bach dalam tembang kinanti dan kupulas Budha jadi seorang dukun di Madura.
Aku menemu sinar di mata kakekku yang sudah mati.
Bila hari menahun dan kota jadi benua, aku akan bikin negeri di sebuah flat karena aku pun adalah rumah-Nya.


Meditasi (4)


Bercakap-cakap dari pintu ke pintu. Bernyanyi dari pintu ke pintu. Mengetuknya berkali-kali. Sudah lama aku tak tahu di mana Dia sebenarnya, di mesjid, di kuil ataukah di gereja.
Pernah aku percaya benar pada cinta dan kebijaksanaan yang jauh dari kemauanku sendiri. Kata mereka, "Berbaiklah kepada semua orang dan berjalanlah di jalan suci!". Bagai seekor keledai aku pun melenggang membawa beban berisi hartanya dan sampai di sebuah gurun.
Kafilah tidak bisa menunjukkan jalan lagi. Kemi berpisah tengah malam. Bintang-bintang berloncatan gembira di langit yang tinggi. Tapi di tengah kelaparan dan panas aku pun menjelma seekor singa. Aku tak mau lagi mendengarkan khotbah dan nasehat. Sakramenku ialah ketiadaan. Sahabatku perobahan yang terus-menerus. Dan kota suciku ialah hati. Kalau di menara itu nanti kuteriakkan azan cacing-cacing akan berkumpul mendatangiku di waktu magrib bersembahyang berzikir mendoakan ketentraman dunia yang baru.


Meditasi (5)


Tidak. Sebaiknya kau datang saja di sore hari di saat aku bercermin.
Tapi jangan lagi mewujud atau menjelma.
Tuhan, siapakah nama-Mu yang sebenar-Nya? Dari manakah asal-Mu?
Apakah kebangsaan-Mu? Dan apa pula agama-Mu?
Manusia begitu ajaib. Mereka pandai benar membuat ratusan teori tentang Aku dengan susah payah. Tapi siapa Aku yang sebenarnya Aku sendiri pun tidak pernah tahu siapa sebenarnya Aku, dari mana dan sedang menuju ke mana.


1974

Sumber: Meditasi (1982)

Analisis Puisi:
Puisi "Meditasi" karya Abdul Hadi WM menyajikan pengalaman spiritual dan refleksi mendalam mengenai kehidupan, kepercayaan, dan pencarian makna dalam beragam konteks. Dengan menggunakan metafora yang kuat, penyair menciptakan lukisan kata-kata yang mengundang pembaca untuk merenung dan menyelami kedalaman maknanya.

Pergulatan Spiritual dalam Meditasi (1): Puisi dimulai dengan adegan meditasi di bawah sinar bulan. Penyair menggambarkan tubuh yang kedinginan, mengajak pembaca untuk meresapi keheningan spiritual. Gereja tua dan paduan suara burung menciptakan atmosfer religius, menggambarkan keberadaan manusia dalam perjalanan spiritualnya. Metafora aroma bintang dan buah-buahan melibatkan pembaca untuk merenungkan keindahan dan keagungan alam semesta.

Ironi Kehidupan dalam Meditasi (2): Puisi mengeksplorasi ironi kehidupan dengan membandingkan diri penyair dengan seorang rahib dalam sebatang kayu. Kebenaran dan keindahan ditemukan dalam hal-hal sederhana seperti embun dan mawar, tetapi ironisnya, hubungan dengan perempuan tua membawa penyair pada pemahaman akan dunia yang kompleks dan penuh kepalsuan. Dengan kata lain, kehidupan adalah meditasi yang penuh kontradiksi.

Kritik terhadap Kebangsaan dan Keberagamaan (3): Penyair mengekspresikan kelelahan terhadap ritual keagamaan dan ketidakpastian akan kebenaran agama. Dengan merenungkan kehadiran Tuhan dalam berbagai keyakinan, penyair menyoroti kekurangan masyarakat Jawa dan menekankan pentingnya memahami nilai-nilai universal di luar batas-batas kebangsaan dan agama.

Pencarian Ketenangan dan Perubahan (4): Puisi ini mencerminkan pencarian akan ketenangan dan perubahan dalam kehidupan. Penyair mencoba mencari Tuhan dalam berbagai tempat, dari candi, gereja, hingga mesjid. Namun, ia menyadari bahwa Tuhan mungkin lebih besar dan lebih universal daripada yang bisa dicapai oleh manusia dengan batas-batas keberagamaan dan kebangsaan.

Penolakan Khotbah dan Sakramen (4): Penolakan terhadap khotbah dan sakramen menggambarkan perjalanan spiritual yang pribadi. Pencarian akan Tuhan tidak melulu diikuti dengan norma-norma keagamaan yang telah ditentukan. Penyair menemukan Tuhan dalam ketiadaan, perubahan yang terus-menerus, dan hati sendiri.

Puisi "Meditasi" karya Abdul Hadi WM mengajak pembaca untuk merenung tentang eksistensi, pencarian spiritual, dan makna hidup. Melalui penggunaan metafora yang kuat dan bahasa yang indah, puisi ini mengundang kita untuk menyelami kedalaman spiritual, mengeksplorasi keberagaman manusia, dan merangkul universalitas dalam pencarian Tuhan dan makna hidup.

Puisi: Meditasi
Puisi: Meditasi
Karya: Abdul Hadi WM

Biodata Abdul Hadi WM:
  • Abdul Hadi WM (Abdul Hadi Widji Muthari) lahir di kota Sumenep, Madura, pada tanggal 24 Juni 1946.
  • Abdul Hadi WM adalah salah satu tokoh Sastrawan Angkatan '66.
© Sepenuhnya. All rights reserved.