Bacalah
ketika hujan memberi basah kepada
tanah, rerumputan, pohon, daun-daun
ketika tanah memberi pijakan kepada
setiap langkah, setiap resap kehidupan yang
di tubuhnya menjadi megah
ketika rerumputan memberi warna hijau kepada
jiwa kau aku yang galau
ketika pohon-pohon memberi permohonan kepada
sang empunya kebun abadi untuk
daun-daun yang memberi nafas kepada
jiwa-jiwa yang senantiasa
lahir, tumbuh, bercinta
lalu mati yang tidak pernah benar-benar mati
ketika kau aku, cinta sungguh
tidak pernah cuma menerima
kecuali memberi dan selalu memberi
dan yang menerima abadi hanyalah
sang empunya kebun.
Yogyakarta, 6 Juli 2012
Karya: Abdul Wachid B. S.