Puisi: Pelabuhan Banyuwangi (Karya Abdul Hadi WM)

Puisi "Pelabuhan Banyuwangi" karya Abdul Hadi WM menyoroti bahwa manusia sering kali tidak sepenuhnya memahami peristiwa di pelabuhan.
Pelabuhan Banyuwangi

Bagai matahari, bulan jadi ombak
Angin pun kemarau
Tapi masih ada kelasi, berdiri di geladak
Memperhatikan pelabuhan. Mengertap pada pesisir

Kelasi yang percaya laut 'kan pasang, seketika
Kelasi yang tahu angin gaib 'kan berembus, seketika
Yang mengalir ke dermaga, tali-temali, dan tiang yang jelaga
Seketika kita tak mengerti. Lampu-lampu pelabuhankah yang bersuara?

1967

Sumber: Horison (Mei, 1970)

Analisis Puisi:
Puisi "Pelabuhan Banyuwangi" karya Abdul Hadi WM adalah sebuah karya sastra yang memadukan unsur-unsur alam dan aktivitas manusia dalam gambaran pelabuhan.

Personifikasi Alam: Puisi ini menggunakan personifikasi alam, seperti menggambarkan matahari, bulan, dan angin sebagai entitas yang hidup dengan sifat-sifatnya sendiri. Matahari dan bulan digambarkan sebagai ombak yang bergerak, sedangkan angin disebut kemarau. Ini memberikan elemen alami karakteristik manusia, sehingga menciptakan hubungan antara alam dan manusia.

Pelabuhan Sebagai Saksi: Puisi ini menggambarkan pelabuhan sebagai tempat di mana kelasi atau awak kapal berkumpul dan memperhatikan aktivitas di pesisir. Pelabuhan menjadi saksi bagi aktivitas manusia dan alam yang terjadi di sekitarnya. Ini menciptakan atmosfer pelabuhan yang hidup dan dinamis.

Keterhubungan Manusia dan Alam: Puisi ini menggambarkan keterhubungan yang kuat antara manusia dan alam. Kelasi yang memperhatikan perubahan-perubahan dalam alam, seperti pasang laut dan angin, menciptakan perasaan harmoni antara manusia dan alam. Mereka memiliki pemahaman mendalam tentang lingkungan mereka dan menghormati kekuatan alam.

Keajaiban Alam: Puisi ini menyentuh pada konsep keajaiban alam. Kemunculan pasang laut, embusan angin, dan aspek-aspek alam lainnya dianggap sebagai sesuatu yang luar biasa. Ada rasa kagum terhadap kekuatan alam yang mampu mengubah lingkungan dan situasi dengan cepat.

Ketidakpahaman Manusia: Penyair menyoroti bahwa manusia sering kali tidak sepenuhnya memahami peristiwa di pelabuhan. Pernyataan, "Seketika kita tak mengerti," menekankan bahwa meskipun manusia mungkin memiliki pemahaman tentang alam, masih ada misteri yang melekat dalam aktivitas pelabuhan. Lampu-lampu pelabuhan yang bersuara menggambarkan ketidakpahaman manusia tentang proses alam yang terjadi.

Puisi "Pelabuhan Banyuwangi" menciptakan gambaran yang kuat tentang keterhubungan antara manusia, alam, dan pelabuhan sebagai tempat di mana semua elemen ini bersatu. Ini adalah pengingat akan keajaiban alam dan ketidakpahaman manusia terhadapnya, sekaligus menciptakan atmosfer keindahan dan misteri dalam sebuah pelabuhan yang hidup.

Puisi: Pelabuhan Banyuwangi
Puisi: Pelabuhan Banyuwangi
Karya: Abdul Hadi WM

Biodata Abdul Hadi WM
  • Abdul Hadi WM (Abdul Hadi Widji Muthari) lahir di kota Sumenep, Madura, pada tanggal 24 Juni 1946.
  • Abdul Hadi WM adalah salah satu tokoh Sastrawan Angkatan '66.
© Sepenuhnya. All rights reserved.