Puisi: Bayangan (Karya Abdul Wachid B. S.)

Puisi ini menciptakan suasana yang suram dan penuh penderitaan, mencerminkan kehidupan yang keras dan tak berdaya dalam menghadapi tekanan kota ....
Bayangan (1)


Oleh pendar sinar rembulan yang deras itu
Tubuhmu membentuk bayangan dirinya jadi kelam
Memanjang, membisu, menyusuri lorong-lorong
Dan mengerang tertimbun huruf-huruf sajak kosongmu
Gedung-gedung memucat, gagal menggayuh cahaya langit
Dan kau tersuruk, terserap lingkaran gelap
Kamar sempitmu, sebuah dunia yang sakit
Di luar pintu risik daun-daun mempertegas gelisah
Sepertinya mau menimbunmu, dan waktu terus melesat
Seperti celurit dalam tarian purba: di pelipismu.


Bayangan (2)


Kota itu kian membesar dan kehitaman
Seakan mau memecahkan pikiran dan perasaanmu
Dan kau hanya dapat meronta yang tak berarti apa-apa
Hingga kobaran malam perlahan meredup ke sisi pagi
Daun-daun membusuk menguapkan kemlaratan ke sekitar
Dari lobang-lobang tubuhmu amis darah hitam menetes
Dan kau membiru, tersedot Sang Maut
Oleh kucuran sinar matahari kota yang ganas itu
Bayanganmu sekedar gema dalam sajak-sajak kosong
Sebuah kiasan nasib yang berdebu, diinjaki orang pergi.

1994

Analisis Puisi:
Puisi "Bayangan" menciptakan citra yang gelap dan mendalam melalui penggunaan bahasa yang kuat dan imajinatif.

Bayangan (1)

  1. Pendar Sinar Rembulan: Puisi ini dimulai dengan gambaran pendar sinar rembulan yang deras, yang menciptakan suasana misterius dan menunjukkan bahwa peristiwa ini terjadi di malam hari.
  2. Tubuh dalam Bayangan: Tubuh yang menjadi bayangan tampak kelam dan memanjang, menciptakan citra visual yang gelap dan menggambarkan suasana kegelapan dan ketidakpastian.
  3. Gedung-Gedung Memucat: Deskripsi gedung-gedung yang memucat dan gagal menggayuh cahaya langit menciptakan atmosfer kelesuan dan keputusasaan.
  4. Kamar Sempit sebagai Dunia yang Sakit: Pemilihan kata "dunia yang sakit" untuk menggambarkan kamar sempit memberikan kesan tentang penderitaan dan keterbatasan dalam pengalaman hidup.
  5. Risik Daun-Daun: Daun-daun yang menciptakan risik di luar pintu menyimbolkan alam yang mempertegas gelisah dan menghadirkan elemen alamiah dalam kisah ini.

Bayangan (2)

  1. Kota yang Membesar dan Kehitaman: Deskripsi kota yang kian membesar dan kehitaman menciptakan gambaran tentang pertumbuhan urban yang membawa dampak negatif pada kehidupan individu.
  2. Meronot Pada Sisi Pagi: Gambaran meronot yang tak berarti saat malam redup ke sisi pagi menunjukkan siklus kehidupan yang tanpa henti, tanpa harapan yang nyata.
  3. Daun-Daun yang Membusuk: Daun-daun yang membusuk dan menguapkan kemlaratan menciptakan citra kehancuran dan ketidaknyamanan.
  4. Amis Darah Hitam: Amis darah hitam yang menetes memberikan nuansa kekejaman dan penderitaan, menyoroti sisi kelam dari pengalaman hidup.
  5. Sinar Matahari Ganas Kota: Sinar matahari ganas kota yang menciptakan bayangan sebagai gema dalam sajak-sajak kosong menunjukkan pengaruh lingkungan yang keras terhadap kesejahteraan individu.
Puisi ini menciptakan suasana yang suram dan penuh penderitaan, mencerminkan kehidupan yang keras dan tak berdaya dalam menghadapi tekanan kota modern. Penggunaan imaji yang kuat dan bahasa yang mendalam memberikan kedalaman pada puisi ini, memungkinkan pembaca untuk merenungi makna dan dampaknya.

Puisi
Puisi: Bayangan
Karya: Abdul Wachid B. S.
© Sepenuhnya. All rights reserved.