Puisi: Instrumentalia (Karya Gunoto Saparie)

Puisi "Instrumentalia" karya Gunoto Saparie mempersembahkan pengalaman dan refleksi mendalam tentang musik, suasana malam, dan makna eksistensial ...
Instrumentalia

denting piano menggema dalam hening malam
menembus kegelapan menuju gugusan bintang
kutangkap isyarat diam menyentuh bayang-bayang
ditingkah drum, saksopon, dan gitar hitam kelam

siapakah berlagu, siapakah menembang, apakah artinya?
kudengar satu bait bob dylan, lalu maskumambang
bergolak bach, lalu merambat megatruh begitu rawan
pada mula dan akhirnya ratap kesunyian, jutaan duka

Analisis Puisi:
Puisi "Instrumentalia" karya Gunoto Saparie adalah sebuah karya sastra yang mempersembahkan pengalaman dan refleksi mendalam tentang musik, suasana malam, dan makna eksistensial manusia.

Penggambaran Suasana Malam: Puisi ini membawa pembaca ke suasana malam yang hening, di mana denting piano menggema dan menciptakan suasana yang magis. Suasana malam yang gelap dan hening menciptakan latar belakang yang intens dan memikat.

Musik sebagai Penghubung Manusia dengan Alam Semesta: Denting piano yang menggema dan instrumen-instrumen lainnya digambarkan sebagai alat untuk menembus kegelapan dan mencapai gugusan bintang. Ini menciptakan gambaran tentang bagaimana musik dapat menjadi penghubung manusia dengan alam semesta dan pengalaman yang lebih besar.

Pertanyaan Eksistensial: Penyair menyampaikan pertanyaan eksistensial tentang makna musik dan pencarian akan keberadaan manusia. Siapakah yang berlagu? Apakah artinya musik? Pertanyaan-pertanyaan ini mencerminkan keraguan dan pencarian akan makna dalam kehidupan manusia.

Ragam Musikal: Puisi ini mencakup berbagai genre musik, dari lagu Bob Dylan hingga karya tradisional Jawa seperti maskumambang dan megatruh. Ini menciptakan gambaran tentang keberagaman budaya dan pengalaman manusia yang tercermin dalam musik.

Kesunyian dan Duka: Meskipun musik mempersembahkan keindahan dan pengalaman yang mendalam, pada akhirnya, ratap kesunyian dan jutaan duka menjadi bagian dari pengalaman manusia. Ini menciptakan gambaran yang kompleks tentang kehidupan, di mana keindahan dan kesedihan selalu beriringan.

Gaya Bahasa yang Memikat: Gunoto Saparie menggunakan gaya bahasa yang padat dan memikat, dengan gambaran-gambar yang kuat dan ritme yang mengalun. Penggunaan kata-kata yang terpilih menciptakan suasana yang intens dan memikat pembaca.

Melalui puisi "Instrumentalia", Gunoto Saparie mengajak pembaca untuk merenungkan tentang hubungan manusia dengan musik, alam semesta, dan eksistensialisme. Puisi ini menjadi refleksi tentang keindahan dan kompleksitas musik, serta perjalanan spiritual dan emosional manusia dalam mencari makna dalam kehidupan yang penuh dengan tantangan dan keindahan.

Gunoto Saparie
Puisi: Instrumentalia
Karya: Gunoto Saparie

Gunoto Saparie. Lahir di Kendal, Jawa Tengah, 22 Desember 1955. Pendidikan Akademi Uang dan Bank Yogyakarta dan Sekolah Tinggi Ilmu Komunikasi Semarang. Kumpulan puisi tunggalnya yang telah terbit adalah Melancholia (Damad, Semarang, 1979), Solitaire (Indragiri, Semarang, 1981),  Malam Pertama (Mimbar, Semarang, 1996),  dan Penyair Kamar (Forum Komunikasi Wartawan Pendidikan dan Kebudayaan Jawa Tengah, Semarang, 2018).

Kumpulan esai tunggalnya Islam dalam Kesusastraan Indonesia (Yayasan Arus, Jakarta, 1986). Kumpulan cerita rakyatnya Ki Ageng Pandanaran: Dongeng Terpilih Jawa Tengah (Pusat Bahasa, Jakarta, 2004).

Ia pernah menerbitkan antologi puisi bersama Korrie Layun Rampan berjudul Putih! Putih! Putih! (Yogyakarta, 1976) dan Suara Sendawar Kendal (Karawang, 2015). Puisi-puisinya terhimpun dalam berbagai antologi bersama para penyair Indonesia lain, termasuk dalam Kidung Kelam (Seri Puisi Esai Indonesia - Provinsi Jawa Tengah, 2018).

Saat ini ia menjabat Pemimpin Redaksi Kampus Indonesia (Jakarta) dan Tanahku (Semarang) setelah sebelumnya menjabat Redaktur Pelaksana dan Staf Ahli Pemimpin Umum Koran Wawasan (Semarang). Sempat pula bekerja di bidang pendidikan, konstruksi, dan perbankan. Aktif dalam berbagai organisasi, antara lain dipercaya sebagai Ketua Umum Dewan Kesenian Jawa Tengah (DKJT), Fungsionaris Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia (ICMI) Wilayah Jawa Tengah, Ketua Forum Komunikasi Wartawan Pendidikan dan Kebudayaan Jawa Tengah (FKWPK), dan Pengurus Yayasan Cinta Sastra, Jakarta.  Sebelumnya sempat menjadi Wakil Ketua Seksi Budaya dan Film PWI Jawa Tengah dan Ketua Ikatan Penulis Keluarga Berencana (IPKB) Jawa Tengah.
© Sepenuhnya. All rights reserved.