Puisi: Wanita Pengumpul Kayu Bakar (Karya Abdul Wachid B. S.)

Puisi "Wanita Pengumpul Kayu Bakar" menghadirkan potret seorang wanita yang kuat, pemberani, dan penuh dengan kegilaan yang mendalam. Dengan ...
Wanita Pengumpul Kayu Bakar


ketika manusia puasa
wanita itu ngumpulkan kayu bakar
saat manusia bertapa diri
wanita itu memantik api

hingga nyala berkobar
membakar rumah suami dan anaknya
tidak dengan api
tetapi kata-kata belati

dia biarkan pakaian
berkobaran sampai-sampai
terlihat betapa wanita itu berlemak
bagai ular mematuk dalam semak

dia biarkan kaki-kakinya gemerincing
dia urai rambutnya yang gelisah
dia angankan beberapa pria
inginkan tarian perut yang gendut

kendang-kendang berdendang
malam tambah larut dalam gelas fantasi
wanita pengumpul kayu bakar itu
terus saja menari menyalakan birahi

hingga nyala berkobar
membakar rumah-rumah
membakar tangga-tangga

atas segala panorama itu
dia tertawa-tawa
hingga gila.

Yogyakarta, 5 Juli 2014

Analisis Puisi:
Puisi "Wanita Pengumpul Kayu Bakar" karya Abdul Wachid B. S. menghadirkan gambaran yang kuat dan penuh emosi tentang peran wanita yang dalam pengumpulan kayu bakar, menjadi simbol kekuatan dan kemarahan.

Kontras Pemandangan: Puisi dibuka dengan kontras antara aktivitas "manusia puasa" dan tindakan wanita yang "ngumpulkan kayu bakar." Ini menciptakan perbandingan yang kuat antara spiritualitas dan tuntutan kehidupan sehari-hari.

Simbolisme Kayu Bakar: Kayu bakar bisa diartikan sebagai simbol kehidupan sehari-hari yang keras dan berat. Aktivitas mengumpulkan kayu bakar oleh wanita menjadi metafora perjuangan dan usahanya dalam menghadapi kenyataan hidup.

Peran Wanita sebagai Pencetus Api: Wanita dalam puisi ini tidak hanya mengumpulkan kayu bakar tetapi juga memantik api. Ini bukan hanya tindakan fisik, tetapi juga bisa diartikan sebagai kemampuannya menghadirkan perubahan atau bahkan konflik melalui kata-kata dan tindakannya.

Dampak Kata-Kata dan Belati: Nyala api yang berkobar di puisi tidak disebabkan oleh api fisik, tetapi oleh "kata-kata belati." Ini menggambarkan kekuatan kata-kata tajam dan menusuk, yang dapat memicu perasaan dan emosi yang sangat intens.

Imajinasi Visual: Puisi ini membangun imajinasi visual yang kuat dengan gambaran pakaian yang berkobar dan wanita yang menari. Visual ini mungkin mencerminkan kebebasan dan kegilaan yang dirasakan oleh wanita.

Pemberontakan dan Kehancuran: Wanita dalam puisi ini melibatkan dirinya dalam tindakan pemberontakan dengan membiarkan api membakar rumah suami dan anak-anaknya. Ini menciptakan gambaran kehancuran yang bukan hanya secara fisik tetapi juga melibatkan aspek-aspek kehidupan yang lebih dalam.

Gelak Tertawa yang Gila: Puisi berakhir dengan gambaran wanita yang tertawa-tawa hingga gila di atas "segala panorama itu." Gelak tertawa ini bisa mencerminkan kegilaan atau pemberontakan yang penuh kepuasan dan kebebasan, meskipun di dalam konteks kehancuran.

Puisi "Wanita Pengumpul Kayu Bakar" menghadirkan potret seorang wanita yang kuat, pemberani, dan penuh dengan kegilaan yang mendalam. Dengan menggunakan simbolisme dan imajinasi visual, Abdul Wachid B. S. berhasil menyampaikan pesan tentang kekuatan dan kebebasan wanita, serta dampaknya terhadap kehidupan sehari-hari.

Puisi
Puisi: Wanita Pengumpul Kayu Bakar
Karya: Abdul Wachid B. S.
© Sepenuhnya. All rights reserved.