Puisi: Anjing dan Bir Kesembilan (Karya Agus Noor)

Puisi "Anjing dan Bir Kesembilan" mengundang pembaca untuk merenungkan kompleksitas kehidupan manusia, kontradiksi yang ada di dalamnya, dan ...
Anjing dan Bir Kesembilan
(Djenar Maesa Ayu)

Dari balik kegelapan
mata malam itu nyalang,
menatap seekor anjing
yang hidup dalam sebotol bir. 

“Anjing ini,” katamu,
“anak jadah pengkhianatan kita.” 

Lalu kita suling arak api,
menjadi keganjilan
yang hanya kita pahami sendiri.
Selebihnya, hanya birahi
taklid pada sepi.

Kita akan mengingat:
pantai menyimpan gelap,
dusta yang tak terduga.
Perlahan kita memendam birahi,
yang lebih sunyi dari mata orang mati. 

Kita menulis dengan kekosongan
dan tangan gamang.
Kata-kata adalah onggokan tulang-belulang
yang telah jadi arang. 

Dan dengan arang kata-kata ,
di tembok kota
kita menuliskan grafiti,
tapi nyerinya menyayat jantung sendiri. 

Di bawah bulan yang ganjil
(seperti mata juling pengidap kusta, katamu)
anjing dalam botol bir
menatap marah ke arah kita;
dua pendusta yang bersikeras percaya
pada kebaikan dunia. 

“Sebuah kota
yang seluruh penduduknya
terserang anjing gila,
mungkin menarik sebagai cerita.”

Tapi di kota penuh pendusta,
siapa lebih jadah:
anjing gila ataukah kita?
Lalu aku bercerita tentang revolusi. 

Revolusi adalah anjing
yang memakan kesedihan
anak-anaknya sendiri. 

“Saat ini aku tak butuh revolusi,” katamu.
“Aku butuh pembalut. Aku lagi menstruasi.”

Kujawab: itu menyedihkan bagi laki-laki.

Seolah lidah saling bersentuhan,
pikiran kita yang basah menjelajahi
langit; kuburan bermilyar galaxy mati.

Kau menunjuk:
sembilan bintang terang,
rasi yang belum terkenali.
“Barangkali, bintang itu menandai,
kelak, kita mati sebagai Wali”

Tapi, tak seperti perjamuan penghabisan,
pada botol bir kesembilan
aku menjauh dari pantai.
Meninggalkanmu sendiri.

Di kejauhan silhuet kota gemerlapan.
Terdengar ribuan anjing melolong,

dalam jantungku.

Sumber: Ciuman yang Menyelamatkan dari Kesedihan (2012)

Analisis Puisi:

Puisi "Anjing dan Bir Kesembilan" karya Agus Noor adalah karya yang sarat akan makna filosofis dan refleksi kritis terhadap kehidupan manusia.

Kontras Antara Kegelapan dan Cahaya: Puisi ini dimulai dengan gambaran kegelapan malam yang menyelimuti suasana, tetapi kemudian menyoroti mata malam yang "nyalang" dan bintang-bintang terang. Kontras antara kegelapan dan cahaya mencerminkan perjalanan spiritual atau introspeksi yang dibawa oleh perenungan yang mendalam.

Metafora Anjing dan Bir: Anjing yang hidup dalam sebotol bir menjadi metafora keadaan manusia yang terperangkap dalam kehidupan yang mungkin tidak diinginkan atau penuh dengan kecemasan. Anjing sebagai binatang yang terikat, dalam konteks puisi ini, mungkin menggambarkan perasaan terjebak atau terpinggirkan.

Penggambaran Revolusi dan Pembalut: Diskusi tentang revolusi menjadi titik fokus dalam puisi ini, tetapi diakhiri dengan pembalut yang menciptakan pergeseran tiba-tiba dari topik serius ke hal yang lebih pribadi dan konkrit. Hal ini menunjukkan perpindahan dari refleksi sosial ke kebutuhan sehari-hari, menyoroti ironi dan kompleksitas kehidupan sehari-hari.

Kontradiksi dalam Kehidupan: Puisi ini menggambarkan kontradiksi dan kebingungan yang mungkin dialami manusia dalam menjalani kehidupan. Meskipun terdapat penghargaan terhadap kebaikan dunia, terdapat juga pengakuan akan kejahatan dan kekosongan. Kontradiksi ini tercermin dalam dialog antara dua orang dalam puisi.

Penutup yang Gelap Namun Reflektif: Puisi ditutup dengan gambaran kegelapan dan kesunyian, dengan anjing-anjing yang melolong dalam jantung sang penutur. Hal ini menciptakan atmosfer yang gelap namun merenungkan, menekankan bahwa bahkan dalam kesunyian, refleksi dan pertanyaan mengenai eksistensi tetap hadir.

Dengan demikian, puisi "Anjing dan Bir Kesembilan" adalah sebuah puisi yang mengundang pembaca untuk merenungkan kompleksitas kehidupan manusia, kontradiksi yang ada di dalamnya, dan perjalanan spiritual yang mungkin ditempuh dalam mencari makna dan tujuan hidup.

Agus Noor
Puisi: Anjing dan Bir Kesembilan
Karya: Agus Noor

Biodata Agus Noor:
  • Agus Noor lahir pada tanggal 26 Juni 1968 di Margasari, Tegal, Jawa Tengah, Indonesia.
  • Agus Noor adalah seorang penulis puisi, cerpen, prosa, naskah lakon dan skenario sinetron.
© Sepenuhnya. All rights reserved.