Puisi: Melancholia (Karya Gunoto Saparie)

Puisi Melancholia" karya Gunoto Saparie menggambarkan perasaan melankolis, ketidakpastian, dan kebiasaan menghadapi realitas yang sulit.
Melancholia


Daun-daun kering luruh
Terdengar suaramu rawan
Kenangan hanya bikin hati rapuh
Dan esok mungkin tak ada harapan

Ada bianglala dan cahaya samar
Ada bayangku menghitam jelaga
Kenyataan mungkin bikin kita sabar
Tapi ternyata kita pun terbiasa

Di rambutmu yang harum
Sering kulupa dan kagum
Dan kita tersedu senantiasa 
Di saat bersua.

2019

Analisis Puisi:
Puisi Melancholia" karya Gunoto Saparie menyajikan perasaan melankolis dan kerapuhan hati.

Motif Daun-Daun Kering dan Suara Rawan: Puisi dibuka dengan gambaran daun-daun kering yang luruh, memberikan kesan musim gugur atau kehancuran. Suara rawan yang terdengar menambahkan elemen kesedihan dan kerapuhan, menciptakan atmosfer melankolis.

Kenangan yang Membuat Hati Rapuh: Baris "Kenangan hanya bikin hati rapuh" menyoroti peran kenangan dalam merentangkan perasaan rapuh dan melankolis. Penggunaan kata "hanya" menekankan bahwa kenangan tidak selalu membawa kebahagiaan, tetapi juga melibatkan rasa kerapuhan.

Esok yang Tanpa Harapan: Ungkapan "Dan esok mungkin tak ada harapan" menambahkan elemen ketidakpastian dan keputusasaan. Puisi ini menggambarkan suasana hati yang terjebak dalam bayang-bayang masa depan yang kelam.

Bianglala dan Cahaya Samar sebagai Kontras: Keberadaan bianglala dan cahaya samar menciptakan kontras dengan suasana melankolis. Ini bisa diartikan sebagai simbol harapan dan kecerahan yang masih dapat ditemukan meskipun dalam situasi yang sulit.

Bayang Hitam Jelaga dan Keterbiasaan Terhadap Kenyataan: Penggambaran "Ada bayangku menghitam jelaga, kenyataan mungkin bikin kita sabar, tapi ternyata kita pun terbiasa" menyiratkan bahwa ketidakpastian dan kesedihan mungkin membentuk kita, membuat kita terbiasa dengan realitas yang sulit.

Rambut yang Harum dan Keterlupakan: Baris "Di rambutmu yang harum, sering kulupa dan kagum" menciptakan gambaran kontras. Keindahan dan harumnya rambut menjadi sesuatu yang sering terlupakan atau terpinggirkan di tengah melankoli dan kebingungan.

Tersedu Senantiasa di Saat Bersua: Puisi ditutup dengan ekspresi emosional, "Dan kita tersedu senantiasa di saat bersua." Ini mengindikasikan bahwa perasaan melankolis mungkin hadir secara konsisten, terutama dalam momen pertemuan atau kebersamaan.

Puisi "Melancholia" adalah puisi yang menggambarkan perasaan melankolis, ketidakpastian, dan kebiasaan menghadapi realitas yang sulit. Dengan menggunakan gambaran alam dan perasaan pribadi, Gunoto Saparie menciptakan puisi yang meresap dan memprovokasi refleksi tentang kehidupan dan perasaan manusia.

Foto Gunoto Saparie
Puisi: Melancholia
Karya: Gunoto Saparie

Gunoto Saparie. Lahir di Kendal, Jawa Tengah, 22 Desember 1955. Pendidikan Akademi Uang dan Bank Yogyakarta dan Sekolah Tinggi Ilmu Komunikasi Semarang. Kumpulan puisi tunggalnya yang telah terbit adalah Melancholia (Damad, Semarang, 1979), Solitaire (Indragiri, Semarang, 1981),  Malam Pertama (Mimbar, Semarang, 1996),  dan Penyair Kamar (Forum Komunikasi Wartawan Pendidikan dan Kebudayaan Jawa Tengah, Semarang, 2018).


Kumpulan esai tunggalnya Islam dalam Kesusastraan Indonesia (Yayasan Arus, Jakarta, 1986). Kumpulan cerita rakyatnya Ki Ageng Pandanaran: Dongeng Terpilih Jawa Tengah (Pusat Bahasa, Jakarta, 2004).


Ia pernah menerbitkan antologi puisi bersama Korrie Layun Rampan berjudul Putih! Putih! Putih! (Yogyakarta, 1976) dan Suara Sendawar Kendal (Karawang, 2015). Puisi-puisinya terhimpun dalam berbagai antologi bersama para penyair Indonesia lain, termasuk dalam Kidung Kelam (Seri Puisi Esai Indonesia - Provinsi Jawa Tengah, 2018).

Saat ini ia menjabat Pemimpin Redaksi Kampus Indonesia (Jakarta) dan Tanahku (Semarang) setelah sebelumnya menjabat Redaktur Pelaksana dan Staf Ahli Pemimpin Umum Koran Wawasan (Semarang). Sempat pula bekerja di bidang pendidikan, konstruksi, dan perbankan. Aktif dalam berbagai organisasi, antara lain dipercaya sebagai Ketua Umum Dewan Kesenian Jawa Tengah (DKJT), Fungsionaris Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia (ICMI) Wilayah Jawa Tengah, Ketua Forum Komunikasi Wartawan Pendidikan dan Kebudayaan Jawa Tengah (FKWPK), dan Pengurus Yayasan Cinta Sastra, Jakarta.  Sebelumnya sempat menjadi Wakil Ketua Seksi Budaya dan Film PWI Jawa Tengah dan Ketua Ikatan Penulis Keluarga Berencana (IPKB) Jawa Tengah.
© Sepenuhnya. All rights reserved.