Puisi: Melankolia (Karya Iswadi Pratama)

Puisi: Melankolia Karya: Iswadi Pratama
Melankolia (1)


Bagi hamparan hampamu, telah kudermakan hijau-pagi
Tapi kau songsong aku dengan sepi selalu. Maka Berdukalah!
Sebab bukan cemerlang kasih-ku yang kan kau temui di biru dadamu
Melainkan merah saga yang akan menggosongkan jubah-buih
Yang selalu kau banggakan pada petualang bertungkai lunak itu

Engkau yang terlalu sering dipuja pujangga
Mahir memamerkan keelokan atau taring-taring tebing
Bagiku khasanah semenjana, pesolek yang kian tuna. Berdukalah
dengan nyiur dan bau lenyai pantai, dengan angin dan perahu sangsai
Bagimu kupersembahkan sendu sore hingga puas pemuja duka-mu


Melankolia (2)


Engkau yang terlalu bangga pada terang , terlanjur tinggi dan merasa pasti
Kau kenal arusku yang dangkal terlampau, tersaruk hibuk mengungkap lanskap
Sedang getarku semayam jauh di lubuk, dimana sinarmu cuma serbuk
Di mana gelapku bahkan tak tersentuh oleh pendarmu yang tak seberapa
Berbahagialah!Telah kuperkenankan biasmu pada geloraku

Engkaulah yang lebih fasih meronce sedih dengan senja kemerah-merahan
Lihai menyusup,memberi kilau pada kelam permukaan
Sehingga ada saja yang takjub padamu di haribaanku
Sehingga tak pernah luput engkau dari mata pelancong yang menatap padaku
Berbahagialah! Karena gelapku menampakkan indahmu semata


12 Juni 2013

Analisis Puisi:
Puisi "Melankolia" karya Iswadi Pratama memiliki beberapa elemen menarik, antara lain:
  1. Gambaran Alam: Puisi ini menggunakan gambaran alam untuk menggambarkan suasana melankolis. Penyair menciptakan gambaran hijau-pagi, biru dadamu, merah saga, nyiur, bau lenyai pantai, angin, dan perahu sangsai. Gambaran ini memberikan nuansa alam yang kuat dalam puisi dan menciptakan suasana yang melankolis.
  2. Kontras Emosi: Puisi ini menciptakan kontras antara cemerlang kasih-ku dan merah saga, serta antara terang dan gelap. Penyair menyampaikan bahwa kekasihnya lebih menyukai hal-hal yang melankolis, gelap, dan sedih, daripada keceriaan dan keindahan yang ditawarkan oleh penyair. Kontras ini menambah dimensi emosional pada puisi dan menggambarkan ketidakcocokan antara perasaan penyair dan kekasihnya.
  3. Penggunaan Bahasa dan Gaya Bahasa: Puisi ini menggunakan bahasa yang padat dan penuh dengan permainan kata. Misalnya, "hamparan hampamu" dan "jubah-buih" menciptakan gambaran visual yang unik. Penyair juga menggunakan gaya bahasa perumpamaan, seperti "kau kenal arusku yang dangkal terlampau, tersaruk hibuk mengungkap lanskap" untuk menggambarkan perbedaan antara penyair dan kekasihnya.
  4. Keindahan dalam Kesedihan: Meskipun puisi ini melankolis, terdapat keindahan yang terpancar dari kesedihan tersebut. Penyair menyampaikan bahwa kekasihnya terlihat indah dalam kegelapan dan sedihnya. Hal ini menunjukkan bahwa ada keindahan yang bisa ditemukan dalam melankoli dan kesedihan, dan penyair merangkul dan mempersembahkan keindahan tersebut.
Dalam keseluruhan, puisi "Melankolia" menciptakan gambaran alam yang melankolis dan mengekspresikan perasaan penyair terhadap kekasihnya. Penggunaan bahasa yang padat, kontras emosi, dan keindahan dalam kesedihan memberikan keunikan dan daya tarik pada puisi ini.

Puisi: Melankolia
Puisi: Melankolia
Karya: Iswadi Pratama
© Sepenuhnya. All rights reserved.