Puisi: Dalam Kota di Atas Pasir (Karya Ahda Imran)

Puisi "Dalam Kota di Atas Pasir" karya Ahda Imran adalah sebuah karya sastra yang penuh dengan simbolisme dan makna mendalam. Melalui penggunaan ....
Dalam Kota di Atas Pasir


Angin menghilang
di jalan dulu ada yang selalu menyerupai dirimu -
pohon yang meneteskan air, gerak bayang sepanjang trotoar,
atau suara handphone dalam tas. Dengan hati-hati kubenahi
setiap ingatan. Dan belum juga kutemukan perumpamaan
yang sesungguhnya dari kejahatan dan keindahan

Di kedai kopi yang dulu juga kutemukan
potongan-potongan kukumu di atas meja

Kota ini didirikan di atas pasir basah
rumah-rumah seolah terbuat dari kain tetoron. Jalanan
melayang dengan tiang-tiangnya yang bertumpu pada batu karang
dan aku menemukanmu jauh sebelum orang-orang memastikan
kota ini dengan sebuah nama. Kini, dan kini, menyebut
namamu adalah menjadi seseorang dalam adegan
di relief-relief candi ketika kejahatan
dan keindahan menjadi kutukan

Setiap malam aku terjaga. Ke dalam ingatanku
kau telah menjelma lorong-lorong rumah sakit
sejak itu di kota ini aku hidup bersama
seorang lelaki dengan telinganya
yang selalu berdenging

Angin menghilang
di pasir basah tengah malam kota ini
akan tenggelam. Di jalan dulu kubenahi
setiap ingatan. Pada semua yang menyerupai
dirimu kupulangkan kembali seluruh perumpamaan
dan nama-nama, setelah aku menghancurkannya
berulang kali

Dan lewat sepasang matamu selalu kutemukan
perumpamaan berikutnya dari kejahatan dan keindahan
yang menjadi kutukan. Sepasang mata yang mengawasiku
dari potongan-potongan kuku di atas meja.


2009

Analisis Puisi:
Puisi merupakan bentuk ekspresi sastra yang mampu menggambarkan pemikiran, perasaan, dan refleksi pengarangnya melalui bahasa yang indah dan simbolik. Puisi "Dalam Kota di Atas Pasir" karya Ahda Imran adalah sebuah karya yang penuh dengan makna mendalam dan nuansa emosional.

Keberadaan dan Kehilangan: Puisi ini membuka dengan pernyataan tentang "angin yang menghilang," yang dapat diartikan sebagai perwujudan dari keberadaan yang hilang atau perubahan dalam kehidupan. Hal ini bisa merujuk pada perubahan dalam hubungan atau keadaan yang dulu berarti, namun kini telah lenyap. Penggunaan kata "selalu menyerupai dirimu" menunjukkan bahwa kehilangan ini mungkin berkaitan dengan seseorang yang penting.

Simbolisme Pohon dan Trotoar: Pohon yang meneteskan air, gerak bayang sepanjang trotoar, dan suara handphone dalam tas adalah simbol-simbol yang merepresentasikan keberadaan dan kehadiran seseorang. Mereka menjadi bagian dari ingatan dan pengalaman yang berkesan, tetapi juga dapat menghilang seperti angin. Hal ini menggarisbawahi kerapuhan dan sifat sementara dari kenangan dan hubungan.

Identitas dan Perumpamaan: Penggunaan perumpamaan adalah tema yang kuat dalam puisi ini. Penyair mencari perumpamaan yang "sesungguhnya dari kejahatan dan keindahan." Ini mungkin mencerminkan kerumitan dan kompleksitas dalam mencari makna dalam pengalaman hidup, terutama dalam hal baik dan buruk.

Kota sebagai Metafora: Kota yang didirikan di atas pasir basah dapat diartikan sebagai metafora untuk fondasi yang rapuh dan tidak stabil. Hal ini menggambarkan kerentanannya dalam menghadapi perubahan dan tantangan. Kota dan lingkungannya juga mewakili perjalanan hidup dan pengalaman manusia.

Hubungan dan Identitas: Sentimen tentang hubungan dan identitas muncul ketika penyair menggambarkan "kau telah menjelma lorong-lorong rumah sakit." Ini menciptakan gambaran tentang perjalanan fisik dan emosional melalui ingatan dan kota yang dipenuhi dengan makna dan pengalaman.

Simbolisme Sepasang Mata: Sepasang mata di dalam puisi memiliki peran penting sebagai simbol hubungan, pengamatan, dan introspeksi. Mata ini mencerminkan pemahaman lebih dalam tentang kejahatan dan keindahan, serta perjalanan penemuan diri.

Transformasi: Penggunaan kata-kata dan konsep seperti "kupulangkan kembali" dan "menghancurkannya berulang kali" menunjukkan upaya penyair untuk mencari dan memahami makna yang lebih dalam. Proses penghancuran dan pembangunan ulang ini mungkin mencerminkan refleksi tentang transformasi pribadi dan perubahan pandangan.

Puisi "Dalam Kota di Atas Pasir" karya Ahda Imran adalah sebuah karya sastra yang penuh dengan simbolisme dan makna mendalam. Melalui penggunaan bahasa yang indah dan imaji yang kuat, puisi ini menggambarkan perjalanan emosional, pencarian identitas, dan refleksi tentang kehidupan dan hubungan. Pesan tentang perubahan, kerapuhan kenangan, dan kompleksitas pengalaman manusia menghantarkan pembaca pada pengertian lebih dalam tentang makna puisi ini.

Puisi: Dalam Kota di Atas Pasir
Puisi: Dalam Kota di Atas Pasir
Karya: Ahda Imran
© Sepenuhnya. All rights reserved.