Puisi: Di Tepi Sungai (Karya Andy Sri Wahyudi)

Puisi "Di Tepi Sungai" karya Andy Sri Wahyudi mengajak pembaca untuk merenungkan perubahan dan perasaan dalam kehidupan yang terus berlanjut.
Di Tepi Sungai
(: Jun)


Di tepi sungai itu kita kehilangan nama
Karena jejak cinta telah beruban
Tak ada yang melintas kecuali suara serangga
Dan cuaca seperti menyulam lelah yang singgah
Pada setiap paragraf pertemuan.

Di atas batu-batu sungai, kita pernah bercerita
Tentang sayap burung yang patah sebelah
Dan sepasang ikan yang mati dalam akuarium
Cerita yang enggan menjadi tragedi dan terus
Mencari sunyi.

Sungai masih mengusung sampah dan busa-busa
Seperti catatan yang lupa tanda baca, seperti larimu
Dalam kabut sore yang tak lagi kau kenali.

Sudah berbulan tak juga ada yang datang
Masing tentang perbincangan batu-batu
dan malam abu-abu yang terus meracau,
yang malas kita tinggalkan.
Di tepi sungai itu gerimis mulai datang
Dan menutup buku harian.

Februari, 2008

Sumber: Ibu, Aku Minta Dibelikan Mushola (2012)

Analisis Puisi:
Puisi "Di Tepi Sungai" karya Andy Sri Wahyudi adalah karya yang penuh dengan elemen-elemen alam dan refleksi emosional yang dalam.

Tema Sentral: Puisi ini mengeksplorasi tema-tema seperti waktu, kehilangan, dan perubahan. Penyair merenungkan pengalaman yang berubah seiring berjalannya waktu dan bagaimana hal itu memengaruhi perasaan dan identitas.

Gambaran Alam yang Kuat: Penyair menggunakan gambaran alam, terutama sungai dan alam sekitarnya, untuk menciptakan suasana yang mendalam dalam puisi ini. Gambaran tentang suara serangga, batu-batu sungai, dan cuaca yang "menyulam lelah" memberikan latar belakang yang kaya dan memberi nuansa kepada kisah yang diceritakan.

Bahasa dan Gaya Bahasa: Bahasa puisi ini sederhana dan mudah dipahami, namun penuh dengan makna mendalam. Penggunaan bahasa yang metaforis seperti "jejak cinta telah beruban" dan "cuaca seperti menyulam lelah" memberikan nuansa dan kedalaman pada puisi.

Kontras Antara Masa Lalu dan Kini: Puisi ini menggambarkan kontras antara masa lalu dan kini. Penyair merenungkan perbincangan masa lalu yang melibatkan "sayap burung yang patah sebelah" dan "sepasang ikan yang mati dalam akuarium." Namun, kisah-kisah itu tampaknya terus mencari solusi dalam sunyi.

Kehilangan dan Perubahan: Puisi ini mencerminkan tema kehilangan dan perubahan. Di tepi sungai, penyair merasa kehilangan "nama" dan pengalaman yang dulu ada. Ini mewakili perasaan nostalgia dan kehilangan yang sering dialami dalam hidup.

Akhir yang Menyentuh: Puisi ini mengakhiri dengan gambaran hujan ("gerimis mulai datang") yang menutup "buku harian." Ini dapat diartikan sebagai akhir dari sebuah bab dalam kehidupan atau pengalaman, dengan hujan yang menandai perubahan dan penutupan.

Puisi "Di Tepi Sungai" menghadirkan pengalaman emosional yang mendalam melalui bahasa yang sederhana dan gambaran alam yang kuat. Ini mengajak pembaca untuk merenungkan perubahan dan perasaan dalam kehidupan yang terus berlanjut.

Puisi
Puisi: Di Tepi Sungai
Karya: Andy Sri Wahyudi
© Sepenuhnya. All rights reserved.