Puisi: Hikayat Sebuah Meja (Karya Ahda Imran)

Puisi "Hikayat Sebuah Meja" karya Ahda Imran menyoroti momen perayaan yang terasa kurang nyaman, serta kehadiran keterbatasan dan kesendirian yang ...
Hikayat Sebuah Meja
(- Hanafi)


Aku terbaring dengan perut mengkilat
orang-orang makan malam di atas tubuhku
menyusun mufakat, menekan pisau, membuat
irisan lembut di permukaan daging asap

Waktu yang menjadi ludah
ruang yang memilin lidah

Lampu-lampu dinyalakan
orang-orang makan malam. Tubuh
mereka tak berkepala. Kepala yang berjatuhan
ke bawah tubuhku. Kepala yang menyusun
persekutuan selanjutnya

Persekutuan dalam kotak gelap waktu
Kotak yang terus diangkat ke atas tubuhku

Aku terbaring dengan perut yang hancur
dengan upacara makan malam yang panjang
dengan potongan kepala yang terus berjatuhan
berserak di atas tubuhku. Semua begitu lengkap
dan pengap

Seperti gelap di bawah tubuhku.


2013

Analisis Puisi:
Puisi "Hikayat Sebuah Meja" karya Ahda Imran adalah sebuah karya yang melibatkan gambaran metaforis tentang peran meja dalam sebuah acara makan malam. Puisi ini menggambarkan meja sebagai simbol dari perayaan makan malam, namun juga menyiratkan ketidaknyamanan dan keseriusan yang mendasarinya.

Metafora Meja dalam Acara Makan Malam: Penyair menggunakan metafora meja untuk menggambarkan peran utama dalam sebuah acara makan malam. Meja tidak hanya menjadi tempat untuk makan, tetapi juga menyiratkan keintiman, perayaan, dan juga keterbatasan. Namun, gambaran meja dalam puisi ini juga memunculkan nuansa ketidaknyamanan dan ketegangan.

Keintiman dan Ketidaknyamanan: Puisi ini menggambarkan momen keintiman di sekitar meja makan, di mana orang-orang berkumpul untuk makan malam. Namun, di balik kesan keintiman itu, ada unsur ketidaknyamanan yang muncul, yang disimbolkan oleh gambaran kepala yang terjatuhan ke bawah meja. Ini mungkin merujuk pada suatu keadaan yang kurang nyaman, mungkin bahkan menegaskan adanya kekecewaan atau ketidaksempurnaan dalam momen tersebut.

Kegelapan dan Keterbatasan Waktu: Puisi ini juga menyiratkan kegelapan, baik secara harfiah maupun simbolis. Ketidakterangkapan ruang dan waktu menjadi tema yang terasa kental. Kotak gelap waktu dan gelap di bawah meja merupakan gambaran metaforis tentang ketidakpastian, keterbatasan, atau bahkan kesendirian.

Kesimpulan yang Terbuka: Puisi ini berakhir dengan kesan kesendirian dan ketidakpastian. Seolah menggambarkan kesulitan atau ketidaknyamanan yang terus menerus dirasakan di tengah momen perayaan tersebut.

Puisi "Hikayat Sebuah Meja" karya Ahda Imran adalah puisi yang menciptakan citra meja makan sebagai simbol perayaan dan keintiman, namun juga menyoroti ketidaknyamanan dan ketidakpastian yang tersembunyi di balik momen tersebut. Puisi ini menawarkan gambaran yang kompleks tentang momen perayaan yang terasa kurang nyaman, serta kehadiran keterbatasan dan kesendirian yang mungkin mengiringi perayaan tersebut.

Puisi
Puisi: Hikayat Sebuah Meja
Karya: Ahda Imran
© Sepenuhnya. All rights reserved.