Puisi: Hizib Demonstran (Karya Amien Wangsitalaja)

Puisi "Hizib Demonstran" karya Amien Wangsitalaja memotret semangat revolusioner dan keinginan untuk mengubah kondisi sosial yang tidak adil.
Hizib Demonstran


dahagaku pada revolusi
ibarat imaji perpacaran
antusiasme libidinal orang-orang miskin
naifkan singgasana sultan

nadzarku kemudian
menakluk kota dan perempuan
ornamen aroganitas dan lembut diri

vandalisme mahabbahku kemudian
kan insyafkan para wali
tuk segera menyulut kencan
ataupun perang suci

(insya allah
tetapnya iman
arifkan makar dan pertunangan)


Analisis Puisi:
Puisi "Hizib Demonstran" karya Amien Wangsitalaja adalah karya yang penuh dengan ekspresi revolusioner, kritik sosial, dan penggunaan bahasa yang kuat.

Metafora Dahaga pada Revolusi: Puisi dimulai dengan metafora "dahagaku pada revolusi," menggambarkan hasrat atau keinginan yang intens terhadap perubahan sosial. Dahaga ini disamakan dengan imaji perpacaran, menciptakan gambaran bahwa keinginan akan revolusi bisa sekuat hasrat dalam hubungan percintaan.

Antusiasme Libidinal Orang-orang Miskin: Puisi menyoroti antusiasme libidinal orang-orang miskin. Frasa ini menciptakan kontras antara keinginan untuk perubahan dan realitas ketidaksetaraan sosial. Ada nuansa kekecewaan terhadap sistem yang menindas, dan puisi ini mencoba menggambarkan perlawanan terhadap kekuasaan yang ada.

Naifkan Singgasana Sultan: Puisi mencela ketidaktahuan atau kepolosan dalam mengidealkan singgasana sultan. Ini bisa diartikan sebagai kritik terhadap sikap naif beberapa pihak yang terlalu percaya atau memuja penguasa, meskipun penguasa tersebut bisa jadi tidak tulus atau bahkan menindas.

Nadzar Menaklukkan Kota dan Perempuan: Kata "nadzar" digunakan untuk menyiratkan janji atau sumpah, dan di sini, ia dihubungkan dengan menaklukkan kota dan perempuan. Ini bisa diartikan sebagai tekad untuk menghadapi tantangan sosial dan mengubah status quo, serta menggambarkan peran penting perempuan dalam perjuangan sosial.

Ornamen Aroganitas dan Lembut Diri: Puisi menciptakan kontras antara "ornamen aroganitas" dan "lembut diri." Ini mungkin menggambarkan dualitas dalam karakter manusia yang terlibat dalam perjuangan. Aroganitas bisa melambangkan ketegasan dan keberanian, sementara kelembutan bisa melambangkan kepekaan dan keadilan.

Vandalisme Mahabbah: "Vandalisme mahabbahku" menciptakan gambaran keinginan untuk merusak atau mengubah situasi dengan penuh cinta atau kecintaan. Ada kemungkinan bahwa pemberontakan di sini diinspirasi oleh hasrat untuk keadilan sosial dan keberanian untuk melawan ketidakadilan.

Insyafkan Para Wali: Kata "insyafkan" dapat diartikan sebagai pengalaman pencerahan atau kesadaran. Puisi mengajak para wali untuk menyadari kebutuhan akan perubahan dan memimpin perubahan, entah itu melalui kencan atau perang suci.

Pesan Agama dan Keimanan: Puisi mencampurkan unsur-unsur agama dengan menyebutkan "insya allah" dan menekankan "tetapnya iman." Ini menciptakan nuansa bahwa perjuangan ini dilihat sebagai sesuatu yang sejalan dengan nilai-nilai keagamaan dan keimanan.

Melalui bahasa yang kuat dan metafora yang tajam, Amien Wangsitalaja menciptakan puisi yang memotret semangat revolusioner dan keinginan untuk mengubah kondisi sosial yang tidak adil. Puisi ini mengajak pembaca untuk merenung tentang peran individu dalam melawan ketidaksetaraan dan ketidakadilan dalam masyarakat.

Puisi
Puisi: Hizib Demonstran
Karya: Amien Wangsitalaja
© Sepenuhnya. All rights reserved.