Puisi: Konserto Postcoitum (Karya Arif Bagus Prasetyo)

Puisi: Konserto Postcoitum Karya: Arif Bagus Prasetyo
Konserto Postcoitum


“Aneh. Aku masih sempat ngimpi, tadi. Tamasya
bersama iblis yang parasnya sebengis kau. Melanglang
menyaksikan barisan pucat pepohonan tertidur, mayat-mayat
sulur-sulur api dari taman-taman seram dasar jurang
salin bau dan perangai. Lebih tawar
lebih nanar lagi. Hingga kami terisak. Koyak
dalam gemas bibir-bibir menggelegak
yang tak pernah jenak bercumbu.”

Tanpa napas. Baru saja kusaksikan seringai badai
menggasak terik pantai-pantaimu. Sekarat sayap-sayap
lekuk tubuh belalangmu yang telanjang
menggelinjang terbakar.

“Memang aneh. Tapi tulang-belulangku
mau remuk oleh rindu menggapaimu. Mengelak rutuk
atau kutuk. Hanya nyanyi:
Cinta, cinta, tetes kelam sumsum kita
jam-jam gamang yang melenggang
o, mengapa mengancam membunuhku…

Tadi:
Kelebat kelepak gagak.
Desing logam tikam-menikam di padang perang.
Gelegar samar karung-daging yang terburai:
Teater nyawa. Semburat lemak
cuma bertahan dalam tontonan:
Tarian anyir di punggung parang.
Lalu kawah-kawah darah:
Kemana lagi kususuri
jalan panjang
erangmu?

“Tapi rohku rindu menggapai
yang selain apa-apa, tadi.”


1996

Puisi: Konserto Postcoitum
Puisi: Konserto Postcoitum
Karya: Arif Bagus Prasetyo
© Sepenuhnya. All rights reserved.