Puisi: Membeli Mantel di Kala Hujan (Karya Agit Yogi Subandi)

Puisi: Membeli Mantel di Kala Hujan Karya: Agit Yogi Subandi
Membeli Mantel di Kala Hujan


Antara basah dan kering,
ia pamit untuk berkeliling di pasar pagi
tetapi waktu tak lagi berembun
dengan langit sedang membuka matanya perlahan
lantaran suara ayam jantan memasuki liang telinga matahari
tapi siang yang dijarah bidadari mandi
hingga duka terhapus di dahi dedaunan
dan dekil tubuh jalan

aku menunggu di depan toko baju dan pangkas rambut
melihat mobil-mobil kedinginan
tanpa pernah beranjak dari halaman

ada pula perempuan yang mengeringkan rambut
juga orang-orang menunggu di trotoar
dengan seribu tafsir tentangnya
sementara butiran air terus-menerus pecah terbantun
menyerpih di kaki dan aroma menguar samar di hidungku
entahlah, aku tak tahu aroma apa itu
bau tanah atau sabun para puteri?

aku masih menunggu di depan toko baju dan pangkas rambut
melihat mobil-mobil kedinginan
di depan gedung-gedung tua
tanpa pernah mengeluarkan suara
sedangkan tukang becak berani mengayuh hidup
tanpa pernah memikirkan tubuhnya yang kuyup

kekasihku membeli mantel untuk melewati guguran hujan
oleh sebab ia lupa menyiapkannya di tas punggungku
sebentar lagi aku akan dijilati ikan sapu-sapu
karena aku berlumut dan kaku
angin-angin membelai mesra tubuhku

setelah lama, ia pun datang dengan sedikit riang
"kita dapat melewati
hujan dengan mantel merah jambu!"
katanya sambil sedikit tersenyum
mengapa membeli mantel merah jambu?
aku laki-laki, lebih suka hitam atau biru tua...
                 "maaf sayang, tidak ada pilihan"

aku tak lagi menunggu di depan toko baju dan pangkas rambut
untuk melihat mobil kedinginan juga air yang pecah terbantun
di jalan.


Kotabumi-Tanjung Karang, 2007

Puisi: Membeli Mantel di Kala Hujan
Puisi: Membeli Mantel di Kala Hujan
Karya: Agit Yogi Subandi
© Sepenuhnya. All rights reserved.