Puisi: Menginap di Sebuah Kastil dalam Puisimu (Karya Ahmad Nurullah)

Puisi "Menginap di Sebuah Kastil dalam Puisimu" mengajak pembaca untuk merenungi dan menjelajahi kedalaman puisi, menawarkan perjalanan melalui ...
Menginap di Sebuah Kastil dalam Puisimu
(- Untuk Sang Penyair)

Suatu hari kau mengajakku berkunjung
ke dalam puisimu. "Silakan masuk," katamu. Aku melangkah:
Di sebuah kata bersayap, gerimis jatuh
Kesunyian berdesir. Angin basah.

Tak ada makna yang telanjang
Kata-kata berkabut. Atau berputar
Seperti rombongan penari balet
mengenakan busana berlapis
Ruang dan waktu berkelambu
Titik pun bercadar.

Pada sebuah titik - tanda menuju selatan, mungkin bukan selatan
Kau mengajakku mengaso. Lalu kita pun duduk, berjuntai
di sebuah tepi danau. Angin berderai. Pohonan berbaris:
melongok bayangannya yang berkilau
di sepanjang tepi air danau.

"Di sinilah aku acap singgah," katamu.
"Tepekur, rebahan. Atau sekadar memancing ikan. Atau
menganyam kata-kata:
menggubah sajak."

Siang berdesir. Menaburkan udara asin, dan benih-benih
makna yang lain, dan teka-teki yang lain. Seperti angin mengusung
benih-benih hujan. Tak tahu: gerimis atau badai. Dan kau
mengajakku terbang: bergendong pada sayap angin
Mereguk keindahan alam yang memancar
lewat kata-kata. Berjejal
lewat tanda-tanda.

"Kau lihat, apa yang terpacak di puncak bukit sana?" tanyamu,
menunjuk sebuah kastil yang berkerubung embun, bersarung kabut.
"Di sanalah aku acap menginap, tidur
sampai berminggu-minggu lamanya
Menimbang-nimbang cuaca di luar jendela
Memadatkan dunia."

"Ayo kita ke sana," ajakmu.
Turun dari sayap angin, lalu kita mendaki:
Perjalanan berundak. Angin keras
Udara rimbun dan hangat. Waktu berkeringat.

Menginjak leher bukit, siang lepas
Gelap perlahan turun, melumuri cakrawala
Lalu sepotong bulan menyembul. Merah
seperti sebelah mata kucing
mencorong di ujung lanskap.
"Hari sudah gelap. Menginaplah di sini,
di kastilku," katamu.

Menanti fajar menyingkap cakrawala
kita pun duduk di beranda—menghadap taman, di kastil
dalam puisimu. Berpesta asap rokok
Mereguk kopi hangat.

Dan kita pun bercakap: Tentang politik. Tentang filsafat.
Tentang sebuah Pemilu yang dekat, di luar sana: Tentang
Tanah Air, lengkap dengan ombak dan anginnya,
dengan sampah dan sejarahnya. Dengan AIDS, flu burung, dan
sapi gilanya.

Gelap pun larut. Jam meneteskan detik-detik
Sementara kau gairah bercakap, aku terlelap. Tapi
baru saja aku merangkak masuk ke dunia mimpi
aku tergelincir dari sebuah koma yang lupa kauletakkan rapat
di dalam puisimu. Kelalaian yang membuatku jatuh
dan terpental ke negeri yang jauh - di seberang puisimu:
Sebuah negeri yang guncang oleh tangis, dan hujan batu.

Jakarta, 2004

Analisis Puisi:

Puisi "Menginap di Sebuah Kastil dalam Puisimu" karya Ahmad Nurullah menggambarkan sebuah perjalanan melalui puisi, yang seperti sebuah kastil, memperlihatkan keindahan dan kompleksitas.

Pemahaman Terhadap Puisi: Puisi ini diawali dengan gambaran tentang seseorang yang diajak untuk memahami puisi, yang diibaratkan sebagai kastil. Ini menciptakan konsep bahwa puisi bukan hanya teks, tetapi lebih sebagai pengalaman dan tempat yang dapat dijelajahi.

Imaji Alam dan Lingkungan: Gambaran tentang danau, angin, pohon, dan kastil memberikan latar belakang yang kaya dan memberdayakan puisi ini. Alam dan lingkungan menjadi bagian integral dari perjalanan dan pengalaman dalam puisi.

Simbolisme Kastil: Kastil dalam puisi ini mewakili kedalaman dan kompleksitas puisi itu sendiri. Tempat ini tidak hanya tempat bermalam, tetapi juga tempat untuk merenungi, mencipta, dan menjelajahi makna dan keindahan yang terkandung dalam puisi.

Perjalanan Fisik dan Spiritual: Dengan mendaki bukit menuju kastil, puisi membawa pembaca pada perjalanan fisik dan spiritual. Hal ini mencerminkan proses meresapi puisi dan menyelami makna-makna yang tersembunyi.

Dialog Pemikiran dan Realitas: Puisi membawa pembaca pada dialog antara pemikiran dan realitas sehari-hari, seperti politik, filsafat, dan isu-isu sosial. Ini menciptakan kontras antara dunia realitas dan dunia puisi yang merupakan tempat untuk melepaskan diri.

Waktu dan Mimpi: Penggunaan elemen waktu, seperti senja dan bulan, memberikan dimensi temporal dalam puisi ini. Ketika malam tiba, waktu menjadi melibatkan dengan mimpi dan koma, menciptakan peralihan antara dunia nyata dan dunia imajinatif.

Gaya Bahasa dan Bahasa yang Kuat: Gaya bahasa yang digunakan, seperti "berpesta asap rokok", dan "menghadap taman", memberikan nuansa hidup pada puisi. Bahasa yang kuat digunakan untuk mengekspresikan perasaan dan memberikan gambaran yang jelas.

Puisi "Menginap di Sebuah Kastil dalam Puisimu" mengajak pembaca untuk merenungi dan menjelajahi kedalaman puisi, menawarkan perjalanan melalui lanskap alam dan pemikiran yang mendalam.

Ahmad Nurullah
Puisi: Menginap di Sebuah Kastil dalam Puisimu
Karya: Ahmad Nurullah

Biodata Ahmad Nurullah:
  • Ahmad Nurullah (penulis puisi, cerpen, esai, dan kritik sastra) lahir pada tanggal 10 November 1964 di Sumenep, Madura, Indonesia.
© Sepenuhnya. All rights reserved.