Puisi: Rambut (Karya Mardi Luhung)

Puisi: Rambut Karya: Mardi Luhung
Rambut


Apa yang dilakukan seorang ibu, saat anaknya terbelah dalam sebuah perkelahian? Menangis, tertawa atau malah melesat ke buar malam. Membakari rambutnya dan mengerik sisanya sampai licin. Seperti kerikan kepala para pencari. Para pencari yang telah membanting keras gerbang-bilik-ibadah yang tersamun. Dan ya, cermatilah, abu bakaran rambut itu terus berdenyut. Dan terus seperti nyawa-kesasar yang ingin menghamparkan dirinya dalam kepekatan lorong. Lorong bagi siapa saja yang segera tercekat. Ketika akhir-perkelahian itu begitu menampilkan satu wujud yang tak termal di hadapannya. Juga, ketika belahan tubuh si anak menjadi semacam reptil berkutil-kutil yang melata. Reptil yang ketika sampai di sebelah nganga jurang pun menguik: Ibuku, Ibuku, aku telah menyelesaikan yang tidak terselesaikan! Padahal (waktu itu), para penyiasat masih saling semeja. Saling melirik. Dan saling ingin membentangkan segulung robekan-jisim dari sebuah persetujuan yang begitu terpasung. Begitu tak lagi punya arah keluar. Kecuali menanti datangnya si yang-lain. Si yang-lain yang ketika mulutnya dibuka, sebilah pedang dengan terang fosfor pun terjulur. Pedang yang akan menghantami setiap yang menyembul. Juga setiap yang mengerutkan tubuhnya ke balik-balik rahim yang begitu tersembunyi. Begitu membuat seorang ibu kembali mesti membakari rambutnya: Sendiri!


Gresik, 2009

Puisi: Rambut
Puisi: Rambut
Karya: Mardi Luhung
© Sepenuhnya. All rights reserved.