Puisi: Di Bawah Langit yang Sama (Karya Isbedy Stiawan ZS)

Puisi "Di Bawah Langit yang Sama" karya Isbedy Stiawan ZS menghadirkan gambaran yang mendalam dan menyentuh tentang penderitaan dan ketidakadilan ...
Di Bawah Langit yang Sama

di bawah langit yang sana
tapi nasib kita beda
dalam takbir yang satu
namun kami suarakan
dengan uraian airmata
di rohingya ini
kami tak bisa berkurban
bahkan kami sembunyi
di tanah pengungsian
agar tak dikorbankan
sebagai hewan jagal
Allah Akbar
Allah Akbar
La ila ha ilallah
Wa lillah hilhamd
di tanah lapang
dibayangi ancaman
jutaan pasang mata
siap membantai, kami
tegakkan solat kurban
penuh tangisan
luber doa dan harapan
di bawah langit yang sama
kita beda merayakan idul adha
kalian riang ke tanah lapang
tapi di persembunyian
kami solat idul adha
kau menyembelih hewan
sedang kami dijadikan korban
apakah kami kulit hitam
mereka begitu dendam?
sebabkah kami muslim
mereka habiskan kami?
apa karena kami punya Allah
lalu mereka ingin bunuh kami?
sebab kami beda etnis
mereka anggap kami nazis?
di sisi-Mu ya Allah
siapa lebih mulia?
di tanah lapang
dalam persembunyian
penuh ancaman
kami berpelukan
usai solat idul adha
tak ada yang dikurbankan
selain kami jadi korban
dari dendam dan kebencian!

10 Dzulhijah 1438

Analisis Puisi:

Puisi "Di Bawah Langit yang Sama" karya Isbedy Stiawan ZS adalah sebuah karya yang menghadirkan gambaran yang mendalam dan menyentuh tentang penderitaan dan ketidakadilan yang dialami oleh masyarakat Rohingya.

Perbedaan Nasib dan Kesamaan Takdir: Puisi ini menggambarkan perbedaan nasib yang dialami oleh masyarakat Rohingya, yang meski merayakan hari raya Idul Adha di bawah langit yang sama, namun mengalami pengalaman yang sangat berbeda. Mereka harus bersembunyi di tanah pengungsian karena takut akan menjadi korban pembantaian.

Penderitaan dan Ketidakadilan: Penyair menyoroti penderitaan dan ketidakadilan yang dialami oleh masyarakat Rohingya, yang tidak bisa berkurban seperti umat Muslim lainnya karena harus bersembunyi untuk menyelamatkan diri dari ancaman pembantaian. Mereka merasa menjadi korban dari dendam dan kebencian yang tidak adil.

Pertanyaan yang Menyentuh: Dalam puisi ini, penyair mengajukan serangkaian pertanyaan yang menyentuh, menggambarkan ketidakmengertian atas kenapa mereka harus menjadi sasaran pembantaian hanya karena perbedaan etnis dan agama. Pertanyaan-pertanyaan ini mencerminkan ketidakadilan yang dirasakan oleh masyarakat Rohingya.

Pelukan dalam Ketakutan: Meskipun berada dalam ancaman dan ketakutan, masyarakat Rohingya tetap memeluk satu sama lain setelah menunaikan salat Idul Adha, meskipun tanpa memiliki hewan kurban. Ini menggambarkan kekuatan dan solidaritas mereka dalam menghadapi cobaan yang sulit.

Penghormatan terhadap Kebajikan: Penyair mengekspresikan pertanyaan moral tentang siapa yang lebih mulia di sisi Allah, menunjukkan bahwa dalam penghormatan terhadap kebajikan dan keadilan, masyarakat Rohingya tidak kalah dengan siapapun.

Pesan Kemanusiaan: Puisi ini menyampaikan pesan kemanusiaan yang kuat, menyoroti pentingnya empati, solidaritas, dan keadilan bagi semua manusia tanpa memandang ras, agama, atau etnis.

Dengan demikian, puisi "Di Bawah Langit yang Sama" adalah sebuah puisi yang membangkitkan kesadaran akan penderitaan dan ketidakadilan yang dialami oleh masyarakat Rohingya, serta mengajak untuk merenungkan nilai-nilai kemanusiaan yang mendasar.

Puisi
Puisi: Di Bawah Langit yang Sama
Karya: Isbedy Stiawan ZS
© Sepenuhnya. All rights reserved.