Kelak Ketika Kita Tua
SAYA maklum kamu tak akan pernah
sampai ke kedalamanku. kau begitu
sibuk ingin menguasaiku, dan kau
tak pernah niatkan saya duduk
di sebelahmu. atau memilin berapa
kata yang diperlukan hari ini, lalu
esok memburu lagi. katakata yang
kelak kita tua bisa menjadi teman
gurau dan membunuh sepi
MAKA kamu selalu dirundung kecewa,
inginnya saya mati: di sumur, di laut,
di bukit, ataupun di udara. “kuingin
kau digulung gelombang dahsyat,”
ancammu. tapi, saya tak bergidik.
sebaliknya saya bermain dengan
ombak, awan, kedalaman air, juga
naik makin puncak gunung. “kalau
sudah ajal saya, sebab Tuhan amat
rindu. bukan murka...”
SAYA hanya menunggu. apalagi
permainanmu, wahai waktu?
2 Oktober 2016
Puisi: Kelak Ketika Kita Tua
Karya: Isbedy Stiawan ZS