Puisi: Malam, dan Aku Belum Berbenah (Karya Isbedy Stiawan ZS)
Puisi: Malam, dan Aku Belum Berbenah
Karya: Isbedy Stiawan ZS
Malam, dan Aku Belum Berbenah
MALAM. Aku belum berbenah ketika kau menjemputku tanpa lebih dulu memberi kabar. Apalagi isyarat bahwa kau akan akan bertandang lalu membawaku lalulalang sebagai petualang. Malam ini. Malam kuyup, berembun, dan bulan sembunyi malu
Tak sempat aku menyisir rambutku tanpa keramas. Kusut masai, sehingga beberapa lembar rontok seperti butiran air hujan. Sore tadi memang rinai hujan di kota kelahiranku ini. Kota yang kini setiap kali hujan maka jalan-jalan tenggelam. Tergenang. Kendaraan antre, macet. Bahkan ada yang hanyut jadi perahu berlayar ke tepian sungai
Malam jadi benar-benar lengang. Kekasihku yang kukawini semahar cincin dan cinta, sudah lelap lebih dulu. Peraduan membuatnya hangat, bantal guling didekapnya sebagaimana ia sering merangkulku di malam-malam sebelumnya.
Tapi kini aku tak perlu berbenah lagi, cukup rambutku tanpa disisir dan tak kermas. Pakaianku sudah rapih, selimutku karutmarut. "Aku belum mau tidur. Mataku masih membola. Memandangi lampu di langit ruang tamuku," kataku.
Tak ada telepon. Gagang pesawat beku. Dingin. Tak geliat. Tiada suara
Dan kau berencana akan tandang lalu mengajakku bertualang menyisir setiap lekuk waktu, tubuh-tubuh yang lelap, taman-taman yang diam
Kaucarikan aku sejengkal tanah, segumpal lempung. "Di sini kau akan tidur lelap," kata tamu itu
Aku suah berbenah. Aku lupa mengucap selamat malam kepada kekasihku yang kukawini dengan semahar emas
Usiaku sudah menuju angka 12, ketika kau datang dan ingin mengajakku tualang
: kepadamu kutitip kalimat-kalimat yang belum jadi cerita. kusimpan kata-kata yang tak pernah lengkap sebagai kalimat di lipatan kertas-kertas yang kuletakkan di atas pembaringanku - dalam lambungku yang kini selalu perih -
08/12/2009; 23.35
Puisi: Malam, dan Aku Belum Berbenah
Karya: Isbedy Stiawan ZS