Puisi: Bertamu di Rumah Sitor (Karya Isbedy Stiawan ZS)

Puisi "Bertamu di Rumah Sitor" karya Isbedy Stiawan ZS menggambarkan suasana kunjungan penyair ke rumah sastrawan Sitor Situmorang.
Bertamu di Rumah Sitor
(: menjelang setahun wafat Sitor Situmorang)


pagi ini, kekasih, aku tak bisa apa
di teras rumah sitor melepas asap
rokok. tapi tak juga mengusir
minus 5 derajat terasa, dan gerimis 
yang diantar angin. patung
sitor buatan barbara seperti menemaniku
dengan segelas teh manis dan
rokok. kami bercakap-cakap ihwal
65, bui, dan menetap di paslaan

sitor bercerita mengagumi gadis itali,
meski yang ia kawini putri belanda
atas cintanya: leo yang tampan 
namun pandai memasak

di teras rumah sitor, kupandangi
jalan paslaan berkabut. gerimis rinai,
angin tak berkarib. "masuklah, kau
orang asing di sini," sitor seperti 
menyilakan aku duduk di ruang tamu
mencicipi bonbon dan grolsch

di ruang tamu, kami berhadapan. sitor
selalu menempati kursi biasa diduduki
layaknya singgasana raja. "aku raja
dari toba, merasa nyaman di belanda."

indonesia bagaikan hutan,
ia menetap di tanah kelahiran istri
sebagai warga yang satu mata ke italia

dan mata lain pada barbara
sedangkan hati ada di toba


Toba
Toba
sitor pun istirahat
membawa puisi-puisi.


Apeldoorn, 24 November 2015

Analisis Puisi:
Puisi "Bertamu di Rumah Sitor" karya Isbedy Stiawan ZS adalah sebuah karya sastra yang menggambarkan suasana kunjungan penyair ke rumah sastrawan Sitor Situmorang.

Setting dan Atmosfer: Puisi ini dimulai dengan menggambarkan suasana pagi di rumah Sitor, dengan asap rokok yang terlihat dari teras rumahnya. Deskripsi cuaca yang dingin dan gerimis menambahkan suasana yang nyata dan mengundang pembaca untuk merasakan suasana tempat tersebut.

Sitor dan Patung Barbara: Penyair merujuk pada Sitor Situmorang dan patung Barbara. Sitor diceritakan seperti menemani penyair, meskipun secara fisik dia tidak ada di situ. Ini menciptakan gambaran tentang hubungan dekat antara penyair dan Sitor, mungkin sebagai seorang mentor atau teman dalam dunia sastra. Patung Barbara juga disebutkan, memberikan nuansa seni dan budaya dalam rumah Sitor.

Kenangan dan Percakapan: Puisi ini menciptakan gambaran tentang percakapan antara penyair dan Sitor tentang berbagai topik, termasuk tahun 1965, penjara (bui), dan pengalaman hidup Sitor di Belanda. Ini menunjukkan keinginan penyair untuk mengenal lebih dalam tentang pengalaman hidup Sitor dan membahas berbagai isu yang relevan.

Dualitas Identitas: Puisi ini menggambarkan dualitas identitas Sitor Situmorang, sebagai seorang Batak dari Toba yang merasa nyaman di Belanda. Hal ini mencerminkan kompleksitas identitas budaya dan nasional dalam konteks diaspora dan globalisasi.

Pesan Terbuka: Dalam puisi ini, penyair menerima sambutan terbuka dari Sitor, yang mengundangnya untuk masuk ke dalam rumah dan berbicara di ruang tamu. Ini bisa diartikan sebagai simbol kehangatan dan keramahan dalam dunia sastra, di mana pemikiran dan ide-ide dapat berbicara bebas.

Penutup yang Singkat: Puisi ini ditutup dengan kata-kata "Toba, Toba, sitor pun istirahat, membawa puisi-puisi." Ini mungkin mengacu pada peran Sitor sebagai penyair yang membawa cerita dan puisi dari tanah Toba ke Belanda, menjaga budaya dan identitasnya tetap hidup di luar negeri.

Secara keseluruhan, puisi "Bertamu di Rumah Sitor" menciptakan gambaran yang indah tentang pertemuan antara dua penyair dan mencerminkan kompleksitas identitas, kenangan, dan sastra dalam dunia yang semakin terglobalisasi.

Puisi: Bertamu di Rumah Sitor
Puisi: Bertamu di Rumah Sitor
Karya: Isbedy Stiawan ZS
© Sepenuhnya. All rights reserved.