Puisi: Jalan Siput (Karya Isbedy Stiawan ZS)

Puisi "Jalan Siput" karya Isbedy Stiawan ZS menggambarkan suasana kemacetan dan kejenuhan di kota besar, sambil merenungkan perubahan fisik dan ...
Jalan Siput

mulai diusik jemu. jalan macet.
bahkan sejenak lalu tak bisa bergerak
"mahasiswa unjukrasa lagi
di Kantor Walikota Jakarta Barat. Mereka menuntut"
kini bis merayap, masuk ke dunia siput
menuju perhentian kau mulai dibantai jemu
tak seperti janjimu sebelum pergi:
"aku akan tetap baik, semangat pejalan akan
menguatkan hatiku," katamu
dan semenjak turun dari pesawat,
kenapa jalanmu limbung, matamu nanar, rambutmu tak lagi tergerai?
bahkan wajahmu tampak memerah. dunia, katamu, mulai terasa tak bundar.
"aku melangkah layaknya di tanah bergelombang. diayun-ayun…" ujarmu pelan
baiknya santap hidangan di depanmu
sebelum kau dikalahkan, dan
kita tak bisa menemukan penginapan
ataupun rumah bagi setiap orang pasti merindukan karena tak ingin menjadi ahasveros
yang dikutuk agar lupa
pada pintu rumah…maka lupakan kejemuan, juga para demonstran lalu tembus kemacetan.

Jakarta 27/10/2009

Analisis Puisi:

Puisi "Jalan Siput" karya Isbedy Stiawan ZS adalah sebuah refleksi tentang kehidupan urban yang dipenuhi dengan kemacetan, kejenuhan, dan ketidakpastian.

Gambaran Kemacetan dan Kejenuhan: Puisi ini menggambarkan suasana kemacetan lalu lintas yang melanda kota, di mana para pengendara, termasuk penyair itu sendiri, merasa terjebak dalam situasi yang monoton dan membosankan. Kemacetan ini mencerminkan keadaan kehidupan yang terhambat dan sulit untuk bergerak maju.

Kontras Antara Harapan dan Kenyataan: Penyair menggambarkan kontras antara harapan yang diucapkan sebelumnya dengan kenyataan yang dihadapi sekarang. Meskipun sebelumnya menyatakan semangat untuk tetap baik dan bersemangat, namun kenyataannya, penyair merasa kejenuhan dan keletihan yang menghampiri.

Perubahan Fisik dan Mental: Penyair juga menggambarkan perubahan dalam penampilan dan sikap mental seseorang, yang mungkin mencerminkan dampak dari lingkungan yang tidak stabil dan tekanan yang dialami. Bahasa yang digunakan, seperti "matamu nanar" dan "rambutmu tak lagi tergerai," menciptakan gambaran tentang keadaan fisik dan mental yang berubah.

Tema Kesendirian dan Ketidakpastian: Ada tema kesendirian dan ketidakpastian yang tersirat dalam puisi ini. Penyair merenungkan tentang keinginan setiap orang untuk memiliki tempat yang nyaman dan aman, tetapi pada saat yang sama, menyadari bahwa realitasnya adalah kehidupan yang penuh dengan ketidakpastian dan kejenuhan.

Pesan Akhir yang Mengajak pada Penerimaan dan Pemahaman: Puisi ini mengakhiri dengan pesan yang mengajak untuk menerima keadaan yang ada dan melupakan kejenuhan serta kemarahan. Penyair mendorong untuk menembus hambatan dan kemacetan, baik secara fisik maupun mental, dan mencoba untuk menghadapi ketidakpastian dengan sikap yang lebih positif.

Secara keseluruhan, puisi "Jalan Siput" adalah puisi yang menggambarkan suasana kemacetan dan kejenuhan di kota besar, sambil merenungkan perubahan fisik dan mental serta mengajak untuk menerima dan menghadapi keadaan dengan sikap yang lebih bijaksana.

Puisi
Puisi: Jalan Siput
Karya: Isbedy Stiawan ZS
© Sepenuhnya. All rights reserved.