Puisi: Jam Gadang (Karya Isbedy Stiawan ZS)

Puisi "Jam Gadang" menggambarkan perjalanan waktu, keabadian, dan hubungan manusia dengan fenomena alam dan budaya mereka.
Jam Gadang

waktu selalu tak abai. Ia merekam segala geraksegala lirik,
meski aku diam-diam hendak membunuhmu seusai
ciuman dan senyuman: pagi tadi, malam-malam lalu….

tapi kau tak pernah sedih melihat waktu terus mendaki
lalu tergelincir di balik matahari tenggelam. Di bagian barat
tubuhmu, sudah kutandai seluruh berkas
-- segala sisa jemariku --

akan kausebut apa lagi, bahkan akan kaucatat dengan apa
segala percintaan dan pertikaian? di bawah menara ini (mercusuar?)
matahari tetap jalan, bayang-bayang hilang
dan aku-kau masih bersitatap
seperti menanti malam mendekap

simpan suara ganto di hatimu yang papa
sebelum kerbau-kerbau itu benar-benar datang
membawakan padamu lenguh panjang

kita akan rebah
selamanya istirah

Bukittinggi 1997, 2003

Analisis Puisi:

Puisi "Jam Gadang" karya Isbedy Stiawan ZS menggambarkan perjalanan waktu dan dinamika hubungan antara dua individu dengan latar belakang budaya Minangkabau.

Waktu sebagai Pengamat Utama: Puisi dimulai dengan pengakuan bahwa waktu adalah pengamat utama dari segala gerak dan peristiwa dalam kehidupan. Ini mencerminkan konsep waktu yang tak terelakkan dan kekuatannya dalam merekam segala sesuatu, termasuk perasaan dan tindakan.

Perasaan Terhadap Waktu: Meskipun pengakuan akan kekuatan waktu, karakter dalam puisi tidak menunjukkan sedih atau kekhawatiran terhadap perjalanan waktu yang tak terelakkan. Bahkan, ada ketenangan dalam menerima bahwa waktu terus berjalan, seperti matahari yang terbit dan terbenam setiap hari.

Peninggalan dan Kenangan: Ada penandaan terhadap waktu dan pengalaman bersama dalam puisi, terutama dalam mencatat sisa jemari dan kenangan yang tertinggal di tubuh pasangan. Ini menunjukkan pentingnya kenangan dan jejak personal dalam hubungan.

Keabadian dalam Keheningan: Meskipun waktu terus berjalan, puisi mengekspresikan keinginan untuk menikmati momen saat ini. Ada kesadaran akan keabadian dalam keheningan dan ketenangan malam yang dihabiskan bersama, menunggu datangnya malam yang mendalam.

Simbolisme Budaya Minangkabau: Terdapat beberapa referensi ke budaya Minangkabau, seperti "suara ganto" yang mungkin merujuk pada alat musik tradisional atau simbol-simbol kebudayaan lokal lainnya. Hal ini menambah dimensi budaya pada puisi dan mengaitkannya dengan latar belakang kultural penulis dan tokoh dalam puisi.

Resignasi dan Ketenangan: Puisi ini menggambarkan suasana resignasi dan ketenangan yang menerima aliran waktu dan keadaan yang tak terelakkan. Ada kehadiran perasaan yang damai dan ketenangan yang berdampingan dengan kesadaran akan berlalunya waktu.

Secara keseluruhan, puisi "Jam Gadang" adalah puisi yang menggambarkan perjalanan waktu, keabadian, dan hubungan manusia dengan fenomena alam dan budaya mereka.

Puisi
Puisi: Jam Gadang
Karya: Isbedy Stiawan ZS
© Sepenuhnya. All rights reserved.