Puisi: Liwa, Sebuah Ingatan (Karya Isbedy Stiawan ZS)

Puisi "Liwa, Sebuah Ingatan" karya Isbedy Stiawan ZS merenungkan pengalaman penulis selama gempa bumi yang mengguncang kawasannya.
Liwa, Sebuah Ingatan


sehamparan ladang kol dan kabut yang menempel di daun-daunnya
membuat pagi kian membeku. segelas kopi luwak dan airmata yang ruwah
menjadi sungai di sepanjang jalan. "danauranau yang kita tuju masih jauh,
akan kubangunkan jika sampai," katamu. tapi, jalan yang buruk tak
mampu melelapkan. tubuhku bagai di gelombang lautan. perutku
diguncang-guncang. "mungkin seperti saat gempa dulu," katamu lagi
saat itu berapa usiamu, bumi bagai neraka yang hancur dan harubiru
tak ada orang tanpa menyebut-nyebut Tuhan. bahkan di genggam
99 nama-Nya dan selalu dipanggil satupersatu. "seperti memanggil
anak-anaknya yang banyak itu," ujarmu. kau masih ingat, meski
saat itu usiamu baru 9 tahun

konon, kau mulai cerita, bumi tiba-tiba digoncang. bekali-kali seperti
ingin dibalikkan. seperti di zaman luth, dan saat perempuannya menjadi
patung di antara dua kota itu. orang-orang lalu gaduh, berteriak minta
tolong, dan menyebut-nyebut nama Tuhan. mereka ingin sekali Tuhan
menolongnya. orang-orang merasa saat itu Tuhan sangat dekat,
sehingga sekali panggil akan datang dan menolong.

"aku benar-benar bahagia, karena sesungguhnya manusia
masih religius. sangat ingat akan kekuasaan Tuhan. begitu yakin,
satu-satunya yang menolong kala musibah adalah Tuhan. bukan
para penguasa dan pengusaha..." kenangmu

waktu itu usiamu baru 9 tahun. kau berlari ke jalan. tanahtanah
retak dan amblas. kau belindung di bawah pohon, batangnya
rubuh. kau kembali ke halaman rumah dan menengadahkan
kedua tanganmu seperti menampung hujan. "aku tidak berdoa,
cuma aku yakin mengajak Tuhan berada di hatiku. mohon Tuhan
melindungi tubuhku yang dibuat-Nya ini."

kau pun selamat
"aku belum berkenan dimatikan-Nya."
kau dijaga karena manusia pilihan-Nya
untuk menceritakan peristiwa ini
"aku bukan nabi, tapi takdirku
bukan untuk saat itu."

kau pendongeng
"aku tak mahir muayak"


7/3/2011: Jam 7.10

Catatan:
Muayak = sastra tutur masyarakat Lampung.

Analisis Puisi:
Puisi "Liwa, Sebuah Ingatan" karya Isbedy Stiawan ZS adalah sebuah karya yang merenungkan pengalaman penulis selama gempa bumi yang mengguncang kawasannya. Puisi ini menciptakan gambaran yang kuat tentang momen-momen penting selama peristiwa tersebut, termasuk pertimbangan tentang kehadiran Tuhan.

Pengalaman Pribadi: Puisi ini dimulai dengan gambaran ladang kol dan kabut yang menempel di daun-daunnya, menciptakan suasana pagi yang kian membeku. Ini adalah gambaran visual yang kuat yang menggambarkan kondisi sebelum gempa terjadi. Pengalaman ini adalah kenangan pribadi penulis yang diungkapkan dalam bentuk puisi.

Citra Kuat: Puisi ini penuh dengan citra kuat yang menggambarkan momen-momen selama gempa, seperti gelombang lautan yang mengguncang tubuh dan perut yang diguncang-guncangkan. Citra ini menciptakan gambaran yang kuat tentang ketidakpastian dan kekacauan yang terjadi selama gempa.

Kehadiran Tuhan: Puisi ini menyoroti kehadiran Tuhan dalam momen-momen krisis. Saat gempa terjadi, orang-orang berteriak minta tolong dan menyebut-nyebut nama Tuhan. Ini mencerminkan keyakinan manusia pada kekuasaan Tuhan dalam menghadapi musibah. Penyair mengingatkan bahwa dalam situasi seperti itu, manusia sangat ingat akan kekuasaan Tuhan dan mengandalkan-Nya.

Pesan Keberlanjutan: Puisi ini juga mengandung pesan tentang keberlanjutan. Penulis mengatakan bahwa dia bukan nabi, tetapi dia dipilih oleh Tuhan untuk menceritakan pengalamannya. Ini bisa diartikan sebagai panggilan untuk terus mengingat dan berbagi pengalaman ini dengan orang lain sebagai pelajaran tentang kekuasaan alam dan kehadiran Tuhan dalam hidup manusia.

Puisi "Liwa, Sebuah Ingatan" adalah pengingat tentang momen penting dalam kehidupan penulis selama gempa bumi. Ini menciptakan gambaran yang kuat tentang ketidakpastian dan kekacauan yang terjadi selama peristiwa tersebut, serta penekanan pada kehadiran Tuhan dalam saat-saat krisis. Puisi ini adalah pengingat akan pentingnya menghormati alam dan kekuasaan Tuhan dalam kehidupan manusia.

Puisi: Liwa, Sebuah Ingatan
Puisi: Liwa, Sebuah Ingatan
Karya: Isbedy Stiawan ZS
© Sepenuhnya. All rights reserved.