Puisi: Memoar di Jendela (Karya Arif Bagus Prasetyo)

Puisi: Memoar di Jendela Karya: Arif Bagus Prasetyo
Memoar di Jendela (1)

sebab seberkas tangga cahaya ini, kasih
kembali engkau terhisap pada menara.
musim pun tak pernah singgah di sana. juga burung-burung.
tapi masih kautandai lagi amsal cuaca, pohon-pohon,
pagar, dan jalan raya yang memucat di jendela.
meski kabut tak kelihatan antara mereka.
meski tahu, engkau pun telah lama bosan
ingin segera melupakannya.


Memoar di Jendela (2)


bahkan dalam ketabahan pintu muara saat menyerah pada lautan
engkau masih menangis mengenangkan sunyi suaramu menjelma
guratan-guratan dalam di dinding perahu
seperti batu-batu berebut menggugurkan diri ke tebing pantai
“ke sanalah usia kita berangkat mendaki!”
tapi jejakmu bermain air sepanjang malam. sampai pasir
dan getah laut di sepatumu ikut terbawa. jauh.
jauh menembus arus batinmu yang memusar deras
sampai pohon-pohon pun tumbang merayakan dahan-dahan
tumbang
merayakan ranting-ranting tumbang merayakan daun-daun
tubuhmu
yang berdenyar oleh waktu
oleh sesuatu yang tertabur tak sengaja
di muka jendela

1994


Puisi: Memoar di Jendela
Puisi: Memoar di Jendela
Karya: Arif Bagus Prasetyo
© Sepenuhnya. All rights reserved.