Puisi: Paling Kelam (Karya Isbedy Stiawan ZS)

Puisi "Paling Kelam" karya Isbedy Stiawan ZS menggambarkan pengalaman kehilangan dan kehampaan dalam percintaan dengan nada yang gelap dan mendalam.
Paling Kelam

sekelam apa ketika parasmu lesap
gambar dalam kenangan terbakar
dan ranjang percintaan tinggal puing?

aku jadi tahu langkah
tak pernah meninggalkan getar
dan peluh dari percintaan yang agung
hanya menyisakan pulau-pulau

“lupakan segala pertemuan,
segala tawa dan perih,” bisikku

gambar dalam kenangan itu
tak akan pernah lagi tersenyum
memandang puing ranjang
pulau-pulau yang hilang
atau parasmu yang kini menggenang

lupakan riang percintaan
untuk waktu paling kelam!

17/09/2003

Analisis Puisi:

Puisi "Paling Kelam" karya Isbedy Stiawan ZS menghadirkan gambaran yang gelap dan penuh duka tentang kehilangan dalam percintaan.

Kehilangan dan Kegelapan: Puisi ini membawa pembaca ke dalam suasana yang penuh kegelapan dan kehampaan. Dengan gambaran kehilangan paras yang lesap, gambar kenangan yang terbakar, dan ranjang percintaan yang menjadi puing, puisi menciptakan suasana yang suram dan menyedihkan.

Getar Percintaan yang Agung: Meskipun kehilangan yang dialami sangat menyakitkan, puisi ini menyoroti keberadaan getaran dan peluh dari percintaan yang dahulu begitu agung. Ini menunjukkan bahwa meskipun hubungan telah berakhir, jejak-jejak emosi yang kuat masih tersisa.

Arah Langkah yang Tak Meninggalkan Getar: Puisi ini mencerminkan perasaan penyesalan dan kehampaan terhadap kehilangan yang begitu dalam. Kata-kata "langkah tak pernah meninggalkan getar" mengekspresikan bahwa jejak-jejak percintaan yang kuat tetap ada meskipun hubungan telah berakhir.

Permintaan untuk Melupakan dan Menjauhkan: Penutup puisi yang kuat dengan kalimat "lupakan riang percintaan untuk waktu paling kelam" mengekspresikan keinginan untuk melupakan kenangan-kenangan indah dan meringankan beban kesedihan di masa-masa yang paling suram.

Imaji yang Kuat: Isbedy Stiawan ZS menggunakan gambaran yang kuat seperti "gambar dalam kenangan terbakar" dan "parasmu yang kini menggenang" untuk mengekspresikan kehancuran dan kesedihan yang mendalam.

Puisi "Paling Kelam" menggambarkan pengalaman kehilangan dan kehampaan dalam percintaan dengan nada yang gelap dan mendalam. Dalam kegelapan itu, puisi menyoroti sisa-sisa emosi yang kuat dan keinginan untuk melupakan masa lalu yang menyakitkan.

Puisi
Puisi: Paling Kelam
Karya: Isbedy Stiawan ZS
© Sepenuhnya. All rights reserved.