Percakapan dengan Nuh
"aku terlambat," kata waktu pada air yang mengaliri kanal
bagai ular meliuk dari satu tikungan ke lain sudut
namun tak muara di laut, sebab lahirnya dari
awan. lalu waktu memburu di belakang, ingin
menimpukku dengan bandul yang selalu
menggerakkan detik menuju menit dan jam
"begitulah kuciptakan waktu agar kau mencinta
dan membenci. supaya tahu asal maupun
selesai: - lahir lalu kematian - demi
semesta," lanjut arloji
pada kanal yang terbentang atau meliuk di tengah kota,
waktu selalu arif. "kalau tak, kujadikan kota
ini seperti masa Nuh," ujarnya
dan tak ingin kubayangkan saat aku di sini,
Nuh berteriak: "naiklah ke perahuku, atau
kau tenggelam dalam kota ini!"
14 November 2015
Puisi: Percakapan dengan Nuh
Karya: Isbedy Stiawan ZS