Puisi: Stansa yang Hitam-Putih (Karya Herman RN)

Puisi: Stansa yang Hitam-Putih Karya: Herman RN
Stansa yang Hitam-Putih


yang membujur itu belum kaku
ia mendengar bisikan air yang dulu pernah meluap
yang melata itu bukan ular
ia manusia yang sepasang kakinya telah direnggut zaman
yang beriak itu bukan air
ia yang sedang mencari jati diri di atas sedekah si miskin
mengumpulkan suara, lalu menjadi batu
aku melihat kursi diperebutkan
aku menyaksikan dasi digadaikan
aku menonton iringan pidato yang tak diperlombakan
aku melirik ke arah si pembawa ember sedang menggunakan handpone
aku menjingau dari sebalik gubuk
kudengar tiga anak kecil menangis
kutatap ibunya sedang merebus batu di tungku yang tak  ada api
sungguh, memiliki korek api saja sudah terlalu mahal
sedang stansa itu masih melantun
mengalun di cerobong gereja, kuil, pura, wihara, dan mesjid
kadang di pasar, sekolah, atau tempat pengungsian
“bahwa bangsa ini harus bebas dari kemiskinan
bahwa sekolah harus gratis”
ah, stansa yang hitam-putih, kawan.
khutbah yang belum usai.


Lambhuk, 2 Januari 2009

Puisi: Stansa yang Hitam-Putih
Puisi: Stansa yang Hitam-Putih
Karya: Herman RN
© Sepenuhnya. All rights reserved.