Puisi: Agustus Belum Pupus (Karya Wayan Jengki Sunarta)

Puisi "Agustus Belum Pupus" mengekspresikan pergulatan batin melalui nostalgia akan perubahan, kehilangan, dan kepergian seseorang yang berdampak ...
Agustus Belum Pupus
untuk: penyair Wayan Arthawa


agustus belum pupus
ketika kau bergegas
meninggalkan kata-kata getas
di pintu pagi yang cemas

tak ada tanda
di pelepah pohon lontar
di mana dulu para leluhur
menakik namamu
mengutuk takdirmu
jadi sang kawi

betapa fana tatap mata
gadis-gadis jelita taman Tirtagangga
betapa jelata ibu-ibu peladang salak
ketika kau terharu menyadap sajak
hingga duri jadi rindu
hingga rindu jadi rinai
di setapak jalan Telaga Tista

tak ada tanda mengurai airmata
cuaca tiba-tiba buta
kata demi kata yang kau tempa
menyerpih di keranjang sayur
ibu pasar Amlapura

agustus belum pupus
aroma tuak mengaliri nadiku
subuh makin rapuh
dalam mabuk
kubaca isyarat itu

hanya kita
dan kata
yang paham
makna kehilangan.


2012

Sumber: Montase (2016)

Analisis Puisi:
Puisi "Agustus Belum Pupus" karya Wayan Jengki Sunarta adalah ungkapan kegelisahan dan nostalgia terhadap masa lalu yang tak akan pernah hilang. Penyair mengekspresikan pergulatan batinnya melalui nostalgia akan perubahan, kehilangan, dan kepergian seseorang yang berdampak dalam kehidupan sehari-hari.

Penggambaran Masa Lalu: Penyair merujuk pada masa lalu dan tradisi leluhur yang mulai memudar. Penggunaan gambaran seperti pohon lontar dan taman Tirtagangga menggambarkan kehilangan budaya dan tradisi yang seolah menghilang seiring berjalannya waktu.

Perubahan dan Kehilangan: Ada kesan kebingungan dan kehilangan karena perubahan yang terjadi di sekitar. Perubahan ini terlihat dari pergulatan dalam puisi, serta ekspresi keraguan dan kekhawatiran akan perubahan musim (agustus belum pupus) yang mungkin mencerminkan perubahan yang sulit diterima.

Nostalgia dan Nostalgia akan Kehilangan: Ada perasaan nostalgia yang kuat terhadap masa lalu, merindukan hal-hal yang kini sudah hilang. Puisi ini menunjukkan kerinduan akan hal-hal yang pernah ada dan seakan hilang dalam lapisan sejarah.

Simbolisme dan Emosi: Simbolisme airmata, keheningan, dan keadaan rapuh di pagi hari memberi kesan akan kehilangan yang tak terucapkan. Penyair memperlihatkan perasaan kekosongan dan kebingungan yang dihadapi oleh masyarakat, yang mungkin mengalami kehilangan akan keaslian budaya dan tradisi di tengah perubahan zaman.

Puisi "Agustus Belum Pupus" merupakan ungkapan kegelisahan, kerinduan, dan kesedihan akan kehilangan nilai-nilai budaya dan tradisi masa lalu. Penyair menggambarkan perasaan keraguan, nostalgia, dan kebingungan di tengah perubahan zaman yang terus berlangsung. Dalam penyairan, ia mencoba merangkai kata-kata untuk menciptakan makna pada kehilangan, mempertanyakan apakah kehilangan itu akan selalu ada atau bisa diperbaiki.

Wayan Jengki Sunarta
Puisi: Agustus Belum Pupus
Karya: Wayan Jengki Sunarta

Biodata Wayan Jengki Sunarta:
  • Wayan Jengki Sunarta lahir pada tanggal 22 Juni 1975 di Denpasar, Bali, Indonesia.
© Sepenuhnya. All rights reserved.