Puisi: Bukit-Bukit Kelabu di Batas Cakrawala itu (Karya Munawar Syamsuddin)

Puisi "Bukit-Bukit Kelabu di Batas Cakrawala itu" karya Munawar Syamsuddin adalah sebuah karya sastra yang menggambarkan perasaan rindu, ...
Bukit-Bukit Kelabu di Batas Cakrawala itu


Bukit-bukit kelabu
di batas cakrawala itu
adakah batas-batas rinduku
luluh gelisah, di risau waktu
yang merayapi kerahasiaan syahdu

Bukit-bukit kelabu
di batas cakrawala itu
belukar maya menyiratkan cahaya
di sela-sela lengang senja
bidadarimu tergolek dililiti bianglala
keheningan cipta senggama yang kudus
malam seakan menyentuh ke sayup itu
adakah di balikmu
bersemayam di negeri Firdaus

Bukit-bukit kelabu
di batas cakrawala itu
seolah-olah batas-batas ragu-ragu
terkesiap pesona itu
bagai ada gugus Cahaya
: Bintang Kemukus itu!
Tuhan, adakah kita
isyarat-isyarat kasih Arsy-Mu?


1979

Analisis Puisi:
Puisi "Bukit-Bukit Kelabu di Batas Cakrawala itu" karya Munawar Syamsuddin adalah sebuah karya sastra yang menggambarkan perasaan rindu, kegelisahan, dan refleksi spiritual terhadap alam dan pencarian makna hidup. Puisi ini menghadirkan gambaran alam, suasana senja, serta pertanyaan tentang kehidupan dan hubungan manusia dengan Tuhan.

Deskripsi Alam dan Cakrawala: Puisi ini membuka dengan gambaran "Bukit-bukit kelabu / di batas cakrawala itu," yang menciptakan visual alam yang indah. Deskripsi ini juga menciptakan nuansa yang misterius dan penuh daya tarik, seolah-olah batas cakrawala adalah titik pertemuan antara dunia nyata dan spiritual.

Rindu dan Gelisah: Puisi ini mencerminkan perasaan rindu dan gelisah melalui kata-kata seperti "batas-batas rinduku," "luluh gelisah," dan "risau waktu." Penyair menggambarkan perasaan ketidakpastian dan kecemasan dalam pencarian makna dan tujuan hidup.

Keindahan Senja dan Alam: Deskripsi belukar maya yang menyiratkan cahaya serta kehadiran bianglala menciptakan gambaran keindahan senja dan keajaiban alam. Ini bisa diartikan sebagai simbol harapan, keindahan, dan keajaiban dalam hidup, bahkan di tengah kegelapan atau keraguan.

Refleksi Spiritual: Penyair merujuk pada "keheningan cipta senggama yang kudus" dan pertanyaan tentang Tuhan, "adakah di balikmu / bersemayam di negeri Firdaus." Ini menunjukkan pencerahan spiritual dan refleksi tentang eksistensi Tuhan dalam kehidupan dan alam semesta.

Pertanyaan dan Pencarian Makna: Puisi ini mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang mendalam tentang kehidupan dan makna eksistensi manusia. Pertanyaan "Tuhan, adakah kita / isyarat-isyarat kasih Arsy-Mu?" mencerminkan keinginan untuk memahami hubungan manusia dengan Tuhan dan mencari tanda-tanda keberadaan-Nya dalam alam.

Puisi "Bukit-Bukit Kelabu di Batas Cakrawala itu" menggambarkan perasaan rindu, gelisah, dan refleksi spiritual seorang individu dalam menghadapi kehidupan dan pencarian makna. Melalui deskripsi alam yang indah, keindahan senja, dan pertanyaan tentang Tuhan, puisi ini mengajak pembaca untuk merenungkan tentang hubungan manusia dengan alam dan pencarian spiritual dalam perjalanan hidup.

Puisi: Bukit-bukit Kelabu di Batas Cakrawala itu
Puisi: Bukit-Bukit Kelabu di Batas Cakrawala itu
Karya: Munawar Syamsuddin
© Sepenuhnya. All rights reserved.