Puisi: Di Stasiun Kereta (Karya Fitri Yani)

Puisi "Di Stasiun Kereta" karya Fitri Yani merangkum perasaan kompleks terkait ketidakpastian hidup, kehilangan identitas, dan keraguan untuk ....
Di Stasiun Kereta


aku tak mungkin pulang kepadamu
mengenang tamasya, asmaraloka
atau sekadar membenarkan kerah kemejamu
aku gagal mencari nama pemberian ayah
di panggung pertunjukan busana
pasar swalayan
dan di buku harian yang tak menceritakan apa-apa
bahkan yang kukira tersimpan di balik kemejamu
apakah aku harus menanggung kesalahan
lantaran angan-angan yang kau titipkan?

Entahlah
aku tak mungkin pulang kepadamu
memulai lagi cerita dari awal
di bangku kayu sebuah taman bunga
meski aku masih belum mengerti
apa yang telah luput dari ingatanku
hingga begitu enggan kulanjutkan perjalanan ini
kereta sudah datang
tak usah mencariku
aku tak mungkin pulang kepadamu.


Tanjungkarang, Juli 2008

Sumber: Dermaga Tak Bernama (2010)

Analisis Puisi:
Puisi "Di Stasiun Kereta" karya Fitri Yani adalah ungkapan perasaan yang dalam dan kompleks tentang kegagalan, keraguan, dan ketidakmungkinan melanjutkan perjalanan hidup. Penyair dengan jelas menciptakan atmosfer yang sarat makna, memperkenalkan pembaca pada situasi yang penuh emosi dan refleksi.

Ketidakmungkinan Pulang: Puisi dibuka dengan pernyataan kuat bahwa "aku tak mungkin pulang kepadamu." Ini menunjukkan ketidakmungkinan untuk kembali ke masa lalu atau kepada seseorang yang mungkin melambangkan kenyamanan atau kebahagiaan yang telah hilang.

Pencarian Identitas: Penyair gagal menemukan nama pemberian ayahnya di berbagai tempat, termasuk panggung pertunjukan busana, pasar swalayan, dan buku harian. Pencarian ini mencerminkan ketidakpastian akan identitas dan kehilangan hubungan dengan akar atau asal usul.

Keraguan dan Penyesalan: Puisi menciptakan suasana keraguan dan penyesalan terhadap pilihan hidup yang telah dibuat. Keraguan ini diperlihatkan melalui upaya mencari nama di tempat-tempat yang mungkin memiliki makna tersendiri.

Pertimbangan untuk Memulai Ulang: Meskipun keraguan dan kegagalan dalam mencari identitas, penyair menyampaikan bahwa meski dia "belum mengerti" dan tak ingin melanjutkan perjalanan, kereta sudah datang. Ini bisa diartikan sebagai peluang untuk memulai kembali meskipun dengan keraguan.

Angan-Angan yang Menyulitkan: Penyair merenungkan apakah harus menanggung kesalahan karena "angan-angan" yang dia titipkan. Angan-angan ini mungkin merujuk pada harapan atau impian yang mungkin sulit diwujudkan.

Kehadiran Kereta sebagai Simbol Perubahan: Kereta yang sudah datang mewakili peluang atau panggilan untuk perubahan. Namun, dengan tegas disampaikan bahwa "tak usah mencariku," menunjukkan keputusan untuk tidak melanjutkan perjalanan.

Nada dan Suasana: Nada puisi ini melibatkan kekangan emosional, dengan suasana yang melankolis dan merenung. Ada rasa kehilangan dan keputusasaan yang ditransmisikan melalui kata-kata penyair.

Puisi "Di Stasiun Kereta" adalah puisi yang merangkum perasaan kompleks terkait ketidakpastian hidup, kehilangan identitas, dan keraguan untuk melanjutkan perjalanan. Dengan penggambaran yang kuat dan nada emosional, Fitri Yani menciptakan puisi yang mengundang pembaca untuk merenung tentang keputusan hidup dan makna pencarian diri.

Fitri Yani
Puisi: Di Stasiun Kereta
Karya: Fitri Yani

Biodata Fitri Yani:
  • Fitri Yani lahir pada tanggal 28 Februari 1986 di Liwa, Lampung Barat, Indonesia.
© Sepenuhnya. All rights reserved.