Puisi: Di Tepi Pelangi (Karya Avianti Armand)

Puisi "Di Tepi Pelangi" karya Avianti Armand menghadirkan ungkapan perasaan cinta yang mendalam dengan gaya bahasa metaforis yang kuat. Penggunaan ...
Di Tepi Pelangi


KataNya, "Aku mencintaimu."
Aku tak percaya – karena tak juga bisa tidur setelah lelah
menghitung domba yang tak habis-habis melompat ke
jurang.
Maka Ia membentang tangan dan tercipta pelangi yang
membutakan mataku.
Aku tak pernah tahu kalau warna bisa seperti itu.


Sumber: Buku Tentang Ruang (2016)

Analisis Puisi:
Puisi "Di Tepi Pelangi" karya Avianti Armand merupakan karya sastra yang menghadirkan gambaran perasaan seseorang yang sedang jatuh cinta. Dalam puisi ini, sang penyair menyampaikan pesan dengan bahasa yang indah dan metafora yang kuat.

Struktur Puisi: Puisi "Di Tepi Pelangi" terdiri dari empat bait dengan rima bebas (free verse). Setiap bait memiliki jumlah baris yang berbeda, tetapi mengalir secara harmonis. Struktur bebas ini memberikan kebebasan bagi penyair untuk mengekspresikan perasaan dengan lebih leluasa tanpa harus terikat pada pola tertentu. Selain itu, penggunaan titik di akhir bait kedua dan ketiga memberikan jeda atau efek pause yang mempengaruhi ritme dan memberikan bobot tertentu pada kata-kata tersebut.

"KataNya, 'Aku mencintaimu.'"

Baris pembuka ini menghadirkan awalan yang kuat dengan pengungkapan langsung dari tokoh dalam puisi. Kata-kata "Aku mencintaimu" mencerminkan ekspresi perasaan cinta yang tulus dan mendalam.

"Aku tak percaya – karena tak juga bisa tidur setelah lelah
menghitung domba yang tak habis-habis melompat ke
jurang."

Dalam baris ini, penyair mengekspresikan keraguan dan kebingungan akan perasaan cintanya. Meskipun cinta ini tulus, ia merasa sulit untuk menerima kenyataan karena cintanya menghampiri dengan begitu mendalam sehingga membuatnya kesulitan untuk tidur. Metafora "menghitung domba yang tak habis-habis melompat ke jurang" menggambarkan perjuangan dan ketidakpastian dalam menghadapi cinta yang datang begitu mendalam.

"Maka Ia membentang tangan dan tercipta pelangi yang
membutakan mataku.
Aku tak pernah tahu kalau warna bisa seperti itu."

Di baris ini, penyair menyampaikan momen pencerahan dalam perasaannya. Metafora pelangi menggambarkan keindahan dan keajaiban cinta yang begitu memukau, bahkan membuat penyair takjub akan keberagaman warnanya.

Gaya Bahasa dan Penggunaan Metafora: Puisi "Di Tepi Pelangi" menggunakan gaya bahasa metaforis untuk menyampaikan pesan perasaan cinta. Metafora digunakan untuk menggambarkan berbagai perasaan kompleks seperti keraguan, ketidakpercayaan, dan keajaiban cinta. Penggunaan metafora pelangi sebagai simbol cinta memberikan kesan harmoni dan keindahan dalam ungkapan perasaan.

Selain itu, puisi ini juga menggunakan gaya bahasa repetisi melalui pengulangan kata "tak" pada baris kedua dan ketiga. Penggunaan repetisi ini memberikan efek ritmis pada puisi dan memperkuat perasaan kebingungan dan kelelahan yang dirasakan oleh tokoh dalam cerita.

Puisi "Di Tepi Pelangi" karya Avianti Armand menghadirkan ungkapan perasaan cinta yang mendalam dengan gaya bahasa metaforis yang kuat. Penggunaan metafora pelangi sebagai simbol cinta memberikan gambaran tentang indahnya cinta dan keajaiban yang tercipta dari perasaan itu. Struktur puisi yang bebas memberikan kebebasan ekspresi untuk menyampaikan pesan dengan penuh emosi. Secara keseluruhan, puisi ini berhasil menyampaikan makna dan perasaan cinta secara mendalam dan menggugah perasaan pembaca.

Avianti Armand
Puisi: Di Tepi Pelangi
Karya: Avianti Armand

Biodata Avianti Armand:
Avianti Armand lahir pada tanggal 12 Juli 1969 di Jakarta, Indonesia.
© Sepenuhnya. All rights reserved.